Monyet Keramat di Makam Bagus Kuning, yang Mengganggu Bisa Sial

17 Oktober 2019 06:45

GenPI.co - Sungai Musi di Palembang telah lama dihuni tepiannya, bukan hanya oleh manusia, hewan, tapi juga oleh makhluk gaib. Tempat-tempat seperti itu lalu menjadi tempat keramat yang disegani oleh penduduk dan menjadi tempat mencari nasib baik dan benda keramat. Salah satu tempat tersebut adalah Bagus Kuning.

BACA JUGA : Angker Makam Tuan Kentang Palembang, Hewan Melintas Mati Mendadak

Bagus Kuning terletak di tepi Sungai Musi, di seberang pabrik pupuk PT Pusri dan Pulau Kemaro. Di tempat ini terdapat sebuah makam yang bernama makam Ratu Bagus Kuning. Nama makam inilah yang lalu menjadi nama daerah di sekitarnya, menunjukkan kepopuleran nama makam itu di masa lalu. Makam ini kini masuk ke dalam wilayah milik BUMN Migas dan terdapat di dalam lapangan golf yang terletak di antara perumahan dinas pegawai dan sebuah stadion sepak bola.

Pada kompleks seluas sekitar tiga kali lapangan futsal ini makam Ratu Bagus Kuning terletak dalam bangunan berkubah, bersama tiga makam tokoh lainnya, yaitu Penghulu Gede, Tubagus Karang, dan Datuk Buyung Kuncung Manis.

Sedangkan di luar bangunan utama itu, terdapat 10 makam lainnya, yaitu makam Panglima Bisu, Panglima Batu Api, Syekh Ali Akbar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Bujang Juaro, Panglima Semut, dan Syekh Usman.

BACA JUGA : Naga Sungai Musi, Muncul Sebagai Tanda Bahaya

Bangunan utama dan makam-makam di sekitarnya ini berada di antara rimbunnya rumpun bambu yang dikelilingi oleh pagar batu bewarna putih. Tetapi bukan pagar itu yang menjaga makam, melainkan pasukan monyet keramat yang disegani oleh warga.

Monyet ini jumlahnya mencapai ratusan dan terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama yang berjumlah sekitar 40 ekor berkeliaran menjaga makam Ratu Bagus Kuning, kelompok kedua berkeliaran di sebelah barat makam, yakni di Stadion Patra Jaya dan barak tentara Zeni Konstruksi, dan kelompok ketiga berkeliaran di arah timur makam di perumahan BUMN migas.

Monyet-monyet hampir setiap saat terlihat di setiap tempat, berjalan di jalanan perumahan, melompat dari pohon ke pohon, bermain di jembatan, bergelantungan di tiang jemuran, sampai berlarian di lapangan golf di dalam perumahan BUMN.

BACA JUGA : Cafe Baru di Tepian Musi Milik Tentara ini Enak Buat Nongkrong

Warga sekitar tidak ada yang berani mengganggu monyet-monyet itu, apalagi sampai mengusirnya. Kisah yang beredar di kalangan penghuni rumah dinas BUMN menyebutkan bahwa pernah ada pegawai yang kesal dengan keberadaan monyet-monyet keramat itu. Suatu sore saat pulang kerja dan tiba di rumah, dia melihat monyet keramat sedang berkeliaran di pepohonan di dekat rumahnya, pegawai BUMN ini lalu mengambil senapan angin, membidik, dan menembak salah satu monyet itu.

Monyet itu dikabarkan terluka tapi bisa lari menyelamatkan diri. Sedangkan si pegawai kembali masuk ke rumahnya. Beberapa hari kemudian dia menderita lumpuh mendadak yang tidak bisa sembuh. Sumber lain bahkan mengatakan dia akhirnya kehilangan nyawa.

Menurut legenda setempat, para monyet ini adalah monyet siluman yang terikat janji untuk selamanya menjaga makam Ratu Bagus Kuning. Ratu ini dulunya adalah seorang sakti yang datang ke Palembang pada abad ke-16 untuk menyebarkan agama Islam. Saat tiba di sebuah daratan di seberang keraton pertama Kesultanan Palembang, dia tertidur di bawah pohon rindang. Ternyata pohon itu adalah tempat tinggal seekor raja monyet dan para pengikutnya.

Kompleks Permakaman Ratu Bagus Kuning (Foto : Kaskus)

Raja monyet yang merasa terganggu dan Ratu Bagus Kuning lalu terlibat menyelesaikan masalah mereka melalui pertarungan. Siapa yang kalah harus pergi meninggalkan tempat itu dan akan memberikan pengikutnya kepada pemenang.

Setelah pertarungan yang sengit, Ratu Bagus Kuning memenangkan pertarungan. Raja monyet pergi dan para pengikutnya menjadi milik Ratu Bagus Kuning. Mereka lalu bersumpah untuk menjaga Ratu Bagus Kuning. Sumpah yang mereka tepati sampai 500 tahun kemudian.

Versi berbeda tentang monyet keramat Bagus Kuning diberikan oleh sejarawan terkemuka Palembang, mendiang Djohan Hanafiah. Menurutnya, Ratu Bagus Kuning adalah seorang Pangeran sekaligus Panglima Perang dari Kesultanan Banten. Dia memimpin bala tentara Banten untuk menyerbu dan menaklukan Palembang. 

Malangnya, Ratu Bagus Kuning tewas dalam penyerbuan itu. Jenazahnya lalu di makamkan di daratan Sungai Musi yang berada di bagian belakang kapal mereka yang sedang mengepung Keraton Kuto Gawang. Pasukan yang tersisa lalu kembali ke Banten meninggalkan beberapa orang yang setia menjaga makam tuan mereka. Orang-orang sakti yang setia inilah yang konon berubah menjadi kawanan monyet keramat di daerah Bagus Kuning.

Apa pum sejarahnya, kekeramatan para monyet ini tidak terbantahkan lagi. Para Pegawai BUMN yang pernah tinggal disana juga menceritakan mengenai salah satu teman mereka yang kesal dengan gangguan monyet-monyet itu. Tidak dapat menahan diri, si pegawai naas ini lalu menendang salah satu monyet keramat. Keesokan harinya kaki yang menendang monyet itu mendadak lumpuh. Berbagai usaha medis telah dilakukan tetapi gagal, dia juga mencoba berobat ke dukun dan tabib yang salah satunya menyarankan dia melakukan upacara permintaan maaf di makam Ratu Bagus Kuning.

Tidak diketahui apakah pegawai itu benar-benar melakukan ritual yang dimaksud karena dia dikabarkan pindah ke kota lain atas permintaan sendiri.

Sampai kini monyet-monyet keramat ini masih berkeliaran di sana, tempat mereka telah berada sejak ratusan tahun lalu, yang ada baiknya tidak diganggu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co