Misteri Cisadane, dari Buaya Putih Hingga Jeritan di Pintu Air 10

13 Desember 2019 08:07

GenPI.co - Beberapa di Indonesia memiliki legenda yang mewarnainya. Kisah-kisah tersebut cenderung mistis dan tidak bisa dicerna dengan nalar. Salah satu tempat dengan legenda yang kuat adalah Sungai Cisadane.

Sungai itu melintasi Kota Tangerang, Banten. Cisadane sendiri dibentuk dari dua kata. Ci merupakan ungkapan bahasa Sunda yang berarti air. Sementara Sadane sendiri kata dari bahasa Sansekerta  yang berarti air.

Legenda yang yang mewarnai aliran sungai Cisadane adalah kisah mengenai seekor buaya putih. Konon hewan ini adalah mahluk gaib yang menjaga sungai tersebut.

Konon, buaya tersebut pernah terlihat pada suatu waktu di tahun 1962. Setelah kemunculannya, sungai ini mengalami banjir hingga airnya meluber ke mana-mana.

Buaya putih bukan satu-satunya mahluk gaib yang mendiami sungai itu. Ada juga hewan lain, yakni seekor kura-kura berukuran besar dengan tulisan China yang terajah pada tempurungnya.

Kura-kura itu tinggal di sekitar Pekong, sebuah spot yang kerap digunakan untuk menyelenggarakan perayaan Pe Chun, oleh masyarakat keturunan Tionghoa stempat.

Legenda yang beraura horor adalah pada bendungan pintu air 10 di sungai itu. Bendungan tersebut dibangun Belanda pada 1927 dan berfungsi secara penuh lima tahun setelahnya.,

Pembangunan bendungan ini  dikatakan memakan banyak korban jiwa para pekerjanya. Para korban itu kemudian menjadi jiwa-jiwa penasaran yang terjebak di sekitar struktur itu, menyebarkan kengerian pada setiap orang yang melintas sendiri pada malam hari.

Beberapa orang mengaku melihat sosok berpakaian putih berdiri sendiri di tengah-tengah struktur itu pada malam pekat. Sementara yang lain mengatakan bahwa mereka pernah mendengar jeritan minta tolong di sekitar kawasan tersbut. Ada juga sura tawa perempuan tanpa wujud.

Horor di bendungan itu pun membuat masyarakat sekitar mengadakan ritual di kawasan itu setiap tahun untuk menolak bala.  Secara reguler, tiga sapi dewasa disembelih, sementara kepalanya ditanam tak jauh dari pintu air 10.

Daging sapi diberikan kepada warga sekitar  dan pada diadakan pula poengajian dan syukuran pada hari yang sama. Sementara, tanah di sekitar kawasan itu ditaburi kembang tujuh rupa. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co