Berkunjung ke ‘Sarang’ Prajurit Nias

19 November 2018 08:35

Mungkin, belum banyak orang yang akrab dengan Desa Bawomataluo. Desa ini adalah tempat lahirnya pelompat batu handal asal Kepulauan Nias. Desa Bawomataluo menjadi salah destinasi wisata yang dikunjungi saat Ya’ahowu Nias Festival 2018.

Secara administrasi, Desa Bawomataluo berada di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Dari Kota Teluk Dalam, desa ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dengan menggunakan mobil.

Meski tak terlalu luas, namun desa ini sangat padat. Sebanyak 300 kepala keluarga, dengan jumlah total penduduk lebih dari 2000 orang. Tak heran jika dalam satu rumah terdapat sekitar dua hingga tiga keluarga.

Sudah eksis sejak 250 tahun lalu, Bawomataulo memiliki sejarah panjang. Rumah-rumah berjejer menghadap pelataran luas di depannya.  Keaslian bangunan adat pun masih dipertahankan. Cuma atap rumah saja yang telah mengalami proses modernisasi menggunakan seng. 

Kini, Bawomataluo sudah berstatus sebagai desa wisata. Bahkan, desa ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional. Sertifikat sebagai Cagar Budaya Nasional diserahkan perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Minggu (19/11).

“Kita tentu sangat bangga dengan pencapaian status cagar budaya untuk Desa Buwomataluo. Karena memang desa ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Dan, sangat menjaga kelestarian budayanya,” kata Wakil Bupati Nias Selatan Sozadolo Nduru.

Di desa ini, anak-anak dari berbagai level usia dididik untuk menjadi ‘prajurit’ yang akan melakukan Fahombo Batu alias Lompat Batu. Anak-anak di usia 10 tahun ke bawah, dilatih dengan media bambu.

Di sini, mereka akan terus diasah ketinggian lompatannya. Sedangkan untuk usia 10 tahun ke atas, atau jika telah telah berhasil mencapai level yang diinginkan, mereka akan melakukan simulasi Fahombo Batu dengan papan yang dibuat menyerupai batu. Ini tahap terakhir sebelum mereka bisa dilepas sebagai pelompat batu.

Namun, tidak hanya Fahombo Batu yang disajikan Desa Bawomataluo. Mereka juga punya aktivitas Famadaya Harimao. Biasanya, aktivitas ini dilakukan setiap tujuh tahun sekali.

Kegiatannya berupa mengarak replika harimau menggunakan kayu besar. Mereka diiringi dengan para penari perang dalam jumlah besar.

Atraksi Tari Perang yang dibawakan orang-orang tua menjadi aksi yang juga di gelar di Desa Bawomataluo. Tarian ini juga dibawakan kolosal. Lengkap dengan pakaian kebesaran Nias. Serta beragam atribut prajuritnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co