Kisah Pertempuran Dua Bangsa Jin di Rana Mese

08 Juli 2020 15:20

GenPI.co - Di kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, ada sebuah danau bernama Rana Mese. Dalam bahasa Setempat, Rana Mese berarti danau yang luas. 

Danau yang berada di Desa Golo Loni, Kecamatan Borong ini memang cukup besar, mencapai 11,5 hektar. Pepohonan yang tumbuh rapat di tepi dan kabut yang menggantung di atas permukaan air memberi kesan mistis padanya

Ada sebuah kisah epik di balik keberadaan Rana Mese ini. Cerita rakyat  tersebut mengenai peperangan hebat bangsa jin penghuni danau itu dengan rivalnya sesama mahluk astral yang menghuni kawasan danau lain.

Yang unik, para jin di danau Rana Mese bisa meraih kemenangan dalam pertempuran itu karena dibantu oleh seorang manusia.

BACA JUGA: Sejuknya Belaian Bayu di Sajang Glamping Sembalun

Kisahnya diawali dengan seorang pria bernama Kae Anu. Suatu ketika ia  meninggalkan rumahnya di sebuah kampung bernama Teber untuk berburu. Seorang diri, ia merangsek masuk hutan demi mendapatkan hewan buruan.

Kemudian ia dikisahkan bertemu dengan sekelompok orang yang juga sedang berburu. Mereka bertegur sapa, dan orang-orang itu bertanya apakah Kae Anu melihat kawanan babi hutan yang melewatinya. Kae Anu menggeleng, ia hanya melihat beberapa ekor musang yang melintas di depannya.

Rupanya musang itulah yang dianggap babi hutan oleh orang-orang itu. Seketika tersadarlah Kae Anu bahwa ia sedang berhadapan dengan mahluk bukan manusia.

Namun para jin itu ternyata ramah, mereka mengajak Kae Anu ke kediaman mereka  di sebuah danau bernama Rana Nekes. 

Kepada Kae Anu, para jin itu bercerita bahwa mereka sedang bertikai dengan kelompok jin lain yang menghuni sebuah danau bernama Rana Hembok. Meski sempat gentar, Kae Anu setuju untuk membantu mereka memenangi perang. 

Singkat cerita, mereka pun pergi berperang. Betapa tercengangnya Kae Anu saat mengetahui bahwa senjata para jin dari dua kelompok itu untuk berperang adalah hewan-hewan yang menghuni danau. Ada belut, ikan, dan sebagainya.

Sementara dirinya hanya mengandalkan seekor anjing yang kemudian menyalak dengan gencar sehingga para musuh lari tunggang langgang masuk hutan. 

Ia juga dikisahkan membuat api unggun selama perang berlangsung untuk memanggang belut dan ikan yang dilemparkan musuh padanya.

Setelah menuai kemenangan gemilang, para jin pun memindahkan air dari Rana Hembok ke Rana Nekes, sehingga membuat volume air di kediaman itu seketika bertambah. Kae Anu kemudian menamakan tempat itu Rana Mese.

BACA JUGA: Ngopi sambil Memandangi Hamparan Sawah? Di Sini Tempatnya

Rana Mese sendiri telah menjadi obyek wisata yang kerap dikunjungi masyarakat setempat maupun mereka yang melintasi Jalan Trans Flores. 

Cara paling asyik untuk menikmati danau dengan kedalaman 43 meter itu adalah dengan mengitarinya. Di antara lebatnya hutan, ada jalur trekking berlapis beton yang membuat pengunjung semakin mudah untuk menyisirinya. 

Di beberapa titik, jalur itu mendaki lalu menurun tajam. Namun dijamin pelancong tak akan kepayahan lantaran terlena dengan keasrian hutan dan riuh suara burung yang berlindung pada dahan-dahan kokoh pepohonan yang tumbuh menjulang. 

Suara nyaring Ngkiong, atau burung Samyong, adalah kelaziman di tempat itu. Dibarengi dengan cicit kawanan monyet dan banyak hewan lain yang menjadikan kawasan ini sebagai rumah mereka.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co