Sendratari Arum Bhumi, Digelar Siang Hari Setiap Sabtu Legi

28 Januari 2019 11:23

Ada yang baru di destinasi wisata Taman Kaliurang. Pengelolanya, PT Anindya Mitra Internasional (AMI), membuat atraksi budaya dengan memadukan upaya pelestarian lingkungan. Atraksi budaya berupa sendratari. Upaya pelestarian lingkungan dengan menanam bibit pohon.

Ingin menikmati atraksi berkonsep interactive moving performance ini? Datanglah setiap Sabtu Legi. Karena sendratari Sekar Pembayun ini memang digelar 35 hari sekali. Digelar di taman terbuka dengan panggung berpindah, bergeser mengikuti penari. Di tengah performance, penonton bisa berinteraksi. Ikut menyanyi dan menari.

Sendratari ini mengangkat cerita epik Babad Tanah Mataram yang eksotis. Mengisahkan kisah cinta Sekar Pembayun dengan Ki Ageng Mangir yang dramatis. Dalam cakupan lakon besar : Arum Bhumi; The Series. Digelar di tempat yang memiliki nuansa mistis.

Pentas dibuka dengan sekelompok anak perempuan mengenakan kemben yang bermain dolanan. Ada yang bermain Cublak-cublak Suweng, engkleng hingga Jamuran. Tembang Ilir-Ilir pun mereka lantunkan. Mereka tampil di lapangan rumput di taman. Bukan di panggung depan penonton melainkan di sisi kiri penonton. Penonton dibawa ke masa lalu di sebuah sudut Kotagede, pusat Kerajaan Mataram abad ke-15.

Di antara anak-anak perempuan yang riang gembira bermain itu ada seorang putri raja. Putri dari seorang Panembahan Senopati. Pembayun namanya. Perempuan yang kemudian tumbuh menjadi putri cantik berkarakter, Sekar Pembayun. Perempuan tangguh berprinsip teguh, yang memiliki peran penting dalam sejarah kekayaan Bhumi Mataram.

Sekar Pembayun adalah lakon pementasan di ruang terbuka, edisi perdana, Sabtu Legi, (26/1) lalu.  PT AMI, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pengelola tempat rekreasi Taman Kaliurang dan Telogo Putri di Lereng Merapi ingin menghidupkan kisah klasik ini.

“Cerita epik tentang Babad Tanah Mataram tak bisa dipisahkan dari cerita cinta yang dramatis ini. Perjuangan Pembayun untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram yang saat itu dipimpin oleh ayahandanya Panembahan Senopati, telah dilakukan dengan tekad yang kuat dan sepenuh hati. Sekar Pembayun layak disebut Srikandi Mataram,” jelas Direktur Utama PT AMI Dyah Puspitasari mengenai sendratari ini.

Menurut perempuan yang akrab disapa Ita ini, tak banyak orang yang mengenal Sekar Pembayun. Maka, mengangkat cerita tentang sosok Srikandi Mataram yang (nyaris) terlupakan ini, merupakan hal yang menarik. Bisa mengenang dan menghidupkan kembali cerita epik tersebut di Taman Kaliurang menjadi langkah yang penting. Apalagi dalam kemasan pariwisata yang menjadi core business Taman Kaliurang.

Sendratari ini melibatkan orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Penulis skenario Bondan Nusantara. Sosok yang tak asing di dunia penulisan skenario ketoprak. Sutradara Agoes Kencrot. Pria dengan banyak pengalaman di dunia pentas. Para penari dan pemain, Ririn Puspitasari, Adi Karta, Fendi Prastowo, Senoaji merupakan pemain dan penari profesional.

Sendratari di alam terbuka, dipentaskan pada siang hari, merupakan hal baru di Yogya. Apalagi di dalam pementasannya, para penonton bisa berinteraksi dan terlibat dalam pementasan. Format Sendratari Sekar Pembayun pun menjadi beda. “Ini bisa dijual dengan paket menginap di hotel,” ujar seorang General Manager sebuah hotel bintang 4 yang hadir menonton edisi perdana.

Pementasan perdana Sendratari Sekar Pembayun, yang bersifat soft launching memang dihadiri penonton utama tamu undangan. Selain para pimpinan hotel, ada agen wisata, dan media. Terlihat pula para “Srikandi Mataram” masa kini. Yakni para perempuan yang menjadi kepercayaan Sultan Hamengku Buwono X, memegang jabatan penting dalam pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di antaranya Srie Nurkyatsiwi (kepala dinas Koperasi UMKM), Pembayun (kepala dinas Kesehatan), Retno Setijowati (sekretaris KPU DIY), Rustyawati (Kepala BPPOM DIY), Puji Astuti (kepala biro Kesra, Setda DIY), dan Rani Sjamsinari (mantan kepala dinas PU ESDM).

Konsep moving diterapkan pada episode demi episode. Episode awal, dimulai dari lapangan rumput dan panggung utama dengan latar belakang Tembok Cinta dan Pohon Kantil yang telah berusia ratusan tahun. Tembok Cinta merupakan bangunan kuno yang sudah berlumut. Untuk kepentingan sendratari ini, Tembok Cinta disulap menjadi bangunan yang eksotis dan mistis. Penonton menikmati sendratari dari area Misbah Kantil. Episode awal ini bercerita masa kecil dan remaja Pembayun.

Episode berikutnya, panggung bergeser melalui lorong bersisi taman vertikal, melalui area pepohonan rindang, dan berakhir di sebuah bangunan Joglo. Penonton dipandu untuk turut serta mengikuti alur perjalanan Sekar Pembayun hingga akhir cerita. Mengikuti perpindahan penari, membuat penonton memiliki ikatan emosional serta penghayatan pada pertunjukan yang lebih erat. Setting panggung dengan memanfaatkan bangunan yang ada, menjadi daya tarik sendiri.

Ada brosur panduan yang dibagikan kepada penonton. Di dalamnya berisi ringkasan cerita, konsep moving performance hingga prosedur penanaman bibit pohon yang bisa diikuti penonton. Namun edukasi seperti ini belum cukup. Perlu ada announcer atau pengumuman oleh pembawa acara (MC) di awal pertunjukan yang mengingatkan kembali hal-hal penting ini. Sehingga kesiapan penonton untuk “menikmati tontonan” benar-benar terbentuk.

Di brosur ditulis, ‘akan lebih menarik jika penonton pun mengenakan pakaian tradisional Jawa. Nuansa keutuhan budayanya akan lebih terasa.’ Kenyataannya, penonton mengenakan pakaian biasa. Hal ini bisa diatasi dengan penyewaan busana tradisional oleh penyelenggara. Penonton yang tidak memakai busana tradisional Jawa bisa menyewa. Maka, aura keutuhan budaya bisa dibentuk.

Kemudian penonton juga dijelaskan di awal, bagaimana plot-plot pertunjukan, harus bergeser ke panggung lain kapan, lewat jalur mana, dan seterusnya. Bisa ditawarkan pula, penonton anak-anak yang mau ikut tampil pada segmen dolanan anak, bisa mendaftarkan diri. Bisa menjadi pemasukan tersendiri.

Pertunjukan tidak berhenti pada cerita di sendratari. Atraksi lain di akhir pertunjukan berupa pembagian tanaman (Bunga Anggrek) juga menjadi nilai tambah tersendiri. Penanaman pohon yang dibarengi dengan happening art seusai pementasan merupakan ide cerdas. Dalam konteks pariwisata, ini memenuhi aspek 3P –People, Planet, Prosperity. Penanaman pohon secara serentak oleh penonton di sekitar Taman sebagai pertanda pemeliharaan semesta. Upaya untuk memikirkan planet yang kita tempati. Ikut menjaga kelangsungan kehidupan dan pelestarian lingkungan.

Pohon dalam hal ini juga merupakan simbol saksi sejarah. Your tree, your history. Penonton yang berminat untuk menanam pohon di Taman, harus mendaftar terlebih dulu untuk mendapatkan membership ID Card. Kartu member ini berlaku selama satu tahun. Pertumbuhan tanaman akan dilaporkan kepada anggota secara periodik secara online dengan aplikasi atau web. Perawatan tanaman selama satu tahun merupakan tanggung jawab pengelola Taman.

Para penonton yang menanam bibit pohon diminta menuliskan harapan-harapannya dalam secarik kertas. Harapan itulah yang kemudian dimasukkan ke dalam pot. Menanam pohon disertai harapan dalam hidupnya sekaligus wujud syukur kepada Sang Pencipta. Penanaman pohon ini dilakukan di lokasi khusus yang disebut Pot Pandora. Di pertunjukan perdana, bunga anggrek menjadi pilihan. Di pertunjukan lain bisa bibit pohon lain.

Episode demi episode sendratari Sekar Pembayun edisi perdana berlangsung lancar. Termasuk proses penanaman anggrek. Satu-satunya yang mengganggu saat pertunjukan hanyalah mikrofon yang sering ngadat. Sehingga dialog para pemain pun tidak bisa terdengar.

Sedangkan kekurangan lain, lebih berkaitan dengan kurangnya edukasi kepada penonton mengenai moving performance. Jika di awal, pembawa acara menyampaikan “tata tertib” dan prosedur moving, serta ringkasan cerita, maka pertunjukan bisa lebih sempurna. Perlu pula diumumkan, kesempatan untuk foto bersama para penari usai pentas. Sehingga menjadi kenangan lain yang tak terlupakan...

Sendratari Arum Bhumi; The Series ini punya modal untuk bisa menjadi tontonan menarik dan kemedol. Dengan penyempurnaan kemasan pementasan, edukasi dan promosi perihal sendratari yang terus ditingkatkan, akan membuat Sendratari ini menjadi primadona baru atraksi wisata di kawasan Kaliurang. Keinginan GM hotel dan para agen wisata bisa terpenuhi. Mendapatkan atraksi wisata berbasis budaya yang segar dan milenial.

Dan satu lagi. Berkait dengan planet bumi yang kita diami. Konsep penjagaan semesta bisa semakin sempurna dan berarti.  Jika kemasan makanan tradisional yang disajikan tidak menggunakan plastik lagi. Gelas untuk dawet, wedang jahe, jenang, misalnya bisa diganti dengan gelas batok kelapa atau gerabah asli. Dua bahan yang berlimpah dan alami.

Dengan bahan yang tidak mengandung plastik, limbah atau sampah yang dihasilkan bisa kembali ke alam dengan terurai sempurna. Menjadi pupuk bagi tanaman yang ditanam di akhir pementasan. Life cycle pun bisa berjalan alami. Arum Bhumi makin lestari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co