Mie Tarempa, Kuliner Khas Kepri yang Wajib Dicoba

20 Februari 2019 14:52

TANJUNG PINANG – Kemeriahan penutupan Festival Imlek di Tanjung Pinang masih membekas dalam ingatan. Meski kegiatan sudah berlalu, bukan berarti wisatawan langsung pulang begitu saja. Ada hal lain yang masih bisa dieksplor di Kota Gurindam ini. Salah satunya tentang kuliner khas yang digandrungi pelanggannya, yaitu mie tarempa.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizky Handayani menyatakan, mie tarempa adalah makanan yang sangat familiar di Kepulauan Riau. Mie kuning khas Melayu ini memiliki tampilan dan aroma yang menggoda, dengan bumbu rempah yang nikmat. Rasanya sayang sekali jika berkunjung ke Kepri tanpa menikmati sajian yang satu ini.

“Sekilas, mie tarempa mirip dengan kwetiaw. Bentuknya pipih, tetapi ukurannya lebih kecil. Teksturnya lembut dan empuk. Cenderung lumak, karena begitu masuk ke mulut, mie yang panjang bisa terputus sendiri tanpa perlu digigit,” ujarnya, Rabu (20/2).

Mie tarempa tergolong kuliner yang otentik dan langka. Sudah tersohor di kalangan pecinta kuliner Nusantara. Namun begitu, sangat sulit mencari keberadaan mie tarempa di luar Provinsi Kepulauan Riau. Karena itu, bagi wisatawan yang berkunjung ke Kepri, wajib berburu mie tarempa sebelum memutuskan pulang.

Asdep Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati mengatakan, konon mie ini berasal dari suatu daerah bernama Tarempa, di pesisir Pulau Anambas. Dimasak bersama campuran rempah dari berbagai daerah, mie tarempa semakin menggungah selera dengan suwiran ikan tongkol. Nikmat sekali!

“Ada tiga penyajian mie tarempa. Berkuah, nyemek-nyemek, dan kering. Meski cara penyajian berbeda, tapi ketiganya memiliki bumbu dasar yang sama. Semua juga menggunakan kecap manis, kecap asin, dan dominasi bawang putih. Rasa manis dan gurih bercampur jadi satu,” ungkapnya.

Sebagai kuliner khas Kepulauan Riau, mie tarempa dijual dengan harga yang relatif murah. Umumnya, sepiring mie tarempa hanya dibanderol Rp13 ribu. Paling nikmat jika ditemani es teh manis atau yang oleh masyarakat setempat biasa disebut teh obeng, dengan harga Rp3000/ gelas.

Kabid Pemasaran area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Diana Tikupasang menambahkan, berakhirnya Festival Imlek Tanjung Pinang tidak serta merta langsung menghilangkan kue keranjang sebagai kuliner khas Tionghoa. Di beberapa tempat masih tampak memiliki stok.

“Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula merah. Biasanya disajikan sejak tujuh hari menjelang Tahun Baru Imlek. Sebagai sesaji, biasanya kue ini baru dimakan pada perayaan Cap Go Meh,” terangnya.

Kue keranjang berbentuk bulat, dengan rasa yang tidak terlalu manis. Teksturnya kenyal, dan jika dipegang terasa lengket. Di China, kue ini dikenal dengan nama Nian Gao. Masyarakat Tionghoa percaya kue ini disajikan untuk menyenangkan Dewa Tungku yang memberikan kabar baik ke surga.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, kuliner merupakan bisnis yang sempurna karena porsinya besar hingga 40 persen. Sayangnya, kuliner Indonesia saat ini belum memiliki national food. Ini karena Indonesia memiliki banyak makanan khas di daerah-daerah.

“Berdasarkan data yang ada, untuk pariwisata, sebanyak 30-40 persen pengeluaran orang adalah di kuliner. Dari ekonomi kreatif di Indonesia, 40 persen merupakan kuliner, 20 persen fashion, dan 15 persen craft,” bebernya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cholis Faizi Sobari

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co