Wah, Lantai Rumah Tradisional ini dari Kotoran Sapi, Loh!

26 Februari 2019 10:53

Desa Ende merupakan salah satu destinasi wisata di Lombok.  Tempat ini bisa menjadi pilihan buat kamu yang tertarik melihat keaslian budaya di suatu daerah. Desa wisata Sasak Ende berlokasi di Sengkol, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Di desa ini para wisatawan bisa melihat keseharian suku Sasak, yang merupakan suku asli Pulau Lombok.

Desa Ende memiliki luas sekitar 1,5 hektar. Di dusun ini terdapat sekitar 30 rumah tradisional yang ditempati oleh 135 anggota keluarga. Masyarakat Desa Ende ini sendiri mayoritas beragama Islam. Sehari-hari, mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sasak. Namun pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat suku Sasak. Sebagian dari mereka sudah mengerti bahasa Indonesia.

Semi, Kepala Kampung Sasak Ende mengatakan, kawasan tempat tinggalnya itu ditetapkan menjadi desa wisata pada 1999 silam. Sementara fasilitas air PAM dan listrik baru masuk pada 2003.

“Di sini itu 90 persen masih menggunakan perlengkapan tradisional. 10 persennya itu karena sudah ada air pam dan listrik,” ungkap Semi.

Pengunjung bisa berkeliling dan melihat langsung rumah masyarakat setempat. Bale Tani, begitu menyebutnya. Dinamakan demikian karena sebagian besar suku Sasak Ende bermatapencaharian sebagai petani. Sebagian lainnya bekerja sebagai peternak dan penenun.

Struktur dan desain Bale tani ini masih sangat tradisonal dengan perlengkapanya yang sederhana. Rumahnya hanya terdiri dari satu kamar dan teras. Sementara dapurnya berada di ruangan terpisah.

Lantai Bale Tani adalah campuran tanah liat dan kotoran sapi. Dindingya adalah bambu yang dianyam rapat. Sedangkan atap bangunan itu terbuat dari jerami yang diganti setiap tujuh tahun.

terbuat dari tanah liat dan kotoran sapi, dindingnya terbuat dari anyaman kayu, dan atapnya dari jerami yang diganti setiap 7 tahun sekali.

“Lantai dari tanah liat dan kotoran sapi ini ada filosofinya. Karena disini mayoritas Islam dan percaya bahwa manusia terbuat dari tanah. Sementara kotoran sapi itu karena kehidupan masyarakatnya sangat dekat dan bergantung dengan hewan ternak,” kata Semi.

Di desa itu, pengunjung juga disuguhkan dengan atraksi dari anak-anak Desa Sasak Ende. Namanya Peresean. Itu adalah sejenis tarian yang ditampilkan dalam rangka menyambut tamu.

Peresean sendiri merupakan pertarungan antara dua lelaki dengan menggunakan tongkat kayu dan perisai dari kulit sapi. Namun kedua petarung juga harus tampil sambil menari. Uniknya, pertunjukkan peresean di Desa Ende ini dilakukan oleh anak-anak yang masih kecil, berkisar antara 5 hingga 8 tahunan. Meski masih anak-anak, namun mereka sangat lihai.

Untuk keperluan oleh-oleh, tak perlu khawatir. Di Desa Ende sebuah studio kecil tempat memajang souvenir khas Suku Sasak. Tak ada tariff khusus juga yang ditetapkan untuk memasuki desa ini. Pengunjung hanya perlu memberikan donasi seikhlasnya pada sebuah   kotak yang terdapat di pintu masuk Desa Sasak Ende.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co