Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia antara 1945 sampai 1949, Palembang pernah menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan TRI dengan pasukan kolonial Belanda.
Pertempuran tersebut berlangsung selama 5 hari 5 malam tanpa henti, dengan hasil kemenangan di pihak TRI dan laskar pejuang yang akhirnya memaksa Belanda untuk berunding.
Perang itu terjadi pada tahun 1947, dimulai dari dini hari, 1—5 Januari. Perang ini adalah akumulasi dari konflik-konflik kecil yang terjadi sebelummya, dimana Belanda dianggap memprovokasi pasukan TRI dan laskar.
Dua provokasi yang paling jadi sorotan adalah seorang anggota laskar, yang sedang berjalan di jalan umum di depan Benteng Kuto Besak, ditembak mati oleh Pasukan Belanda yang bemarkas di dalam Benteng.
Lainnya, Lettu A Rivai yang cedera parah akibat ditembak oleh pasukan Belanda dari dalam Rumah Sakit Charitas, saat sedang bermotor di jalan umum di dekat rumah sakit.
Puncaknya adalah setelah malam pergantian tahun. Sekelompok tentara Belanda dalam keadaan mabuk keluar dari Benteng Kuto Besak, mengendarai Jeep dengan kecepatan tinggi ke arah pos jaga laskar pejuang di sekitar Masjid Agung, dan menembaki penjaga pos. Tindakan tersebut memicu bentrokan yang akhirnya menjadi perang besar selama 5 hari 5 malam.
Perang ini berlangsung di seluruh bagian kota lama Palembang, namun bagi traveler yang tertarik melakukan napak tilas Perang 5 hari 5 malam, GenPIco merekomendasi 5 tempat yang bisa traveler kunjungi dalam satu kali berjalan kaki.
Masjid Agung Palembang
Satu kilometer ke selatan Makam Keluarga Raden Nangling adalah Masjid Agung Palembang. Disinilah lokasi pasukan Belanda memprovokasi pasukan TRI dan Laskar. Daerah di sekitar Masjid Agung sempat dikuasai oleh Belanda yang muncul dari Benteng Kuto Besak, namun bisa dikuasai kembali oleh TRI dan Laskar.
Benteng Kuto Besak
Benteng batu satu-satunya di nusantara yang dibangun oleh raja asli nusantara ini menjadi markas utama pasukan Belanda. Selama perang 5 hari 5 malam Belanda terkepung di dalam benteng ini walau telah beberapa kali berusaha keluar dengan menggunakan kendaraan lapis baja.
Benteng ini terletak di seberang jalan dari Masjid Agung Palembang.
Rumah Sakit Charitas
Merupakan rumah sakit yang diduduki oleh Belanda untuk menjadi markas pasukan mereka. Letaknya yang berada di atas bukit di ujung utara kota Palembang memberikan pasukan Belanda posisi pandang yang sangat bagus. Rumah sakit ini menjadi markas para penembak jitu yang mengincar pasukan TRI dan anggota laskar.
Lettu A Rivai adalah salah satu korbannya, korban lainnya adalah seorang perwira muda ajudan Komandan Divisi II Subkoss Letnan Kolonel Bambang Utoyo yang tertembak di daerah Tengkuruk, 1,6 kilometer dari rumah sakit Charitas.
Pada hari keempat, Belanda di rumah sakit Charitas terkepung oleh TRI dan akhirnya mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
Makam Keluarga Raden Nangling
Makam ini terletak di seberang Pasar Cinde, sekitar 400 meter ke selatan RS Charitas dan menjadi pusat pertempuran sengit jarak dekat antara pasukan TRI dan laskar melawan pasukan lapis baja Belanda.
Pasukan panser Belanda dari rumah sakit Charitas berusaha menembus blokade pasukan TRI dan laskar di daerah pasar Cinde (dulu disebut pasar Lingkis). Namun, pasukan TRI dan Laskar yang hanya bersenjata ringan menolak mundur dan bertahan habis-habisan.
Pasukan laskar berlindung di balik batu makam dan nisan kuburan di makam keluarga Raden Nangling, menghidari dari semburan tembakan panser Belanda. Dalam peristiwa tembak menembak jarak dekat itu, ada pejuang Indonesia yang berhasil menaiki panser Belanda dan memasukkan granat.
Pasukan panser Belanda akhirnya mundur dan kembali ke Rumah Sakit Charitas.
Jalan Tengkuruk
Sepanjang 100 meter di selatan Masjid Agung Palembang ada jalan Tengkuruk, pada 1947 belum ada jembatan Ampera, sehingga di tempat itu ada sebuah lapangan luas semacam alun-alun yang dipagari oleh deretan pertokoan di barat dan timurnya. Lokasi ini adalah tempat tertembaknya ajudan dari Komandan Divisi II Subkoss Letkol Bambang Utoyo pada hari pertama perang 5 hari 5 malam, perwira pertama dari pihak TRI yang gugur dalam perang besar tersebut.
Pada lokasi ini didirikan tugu untuk memperingati perang 5 hari 5 malam.
Itulah 5 tempat yang bisa traveler kunjungi dalam sekali jalan untuk mengenang perang besar 5 hari 5 malam yang menghancurkan seperlima kota Palembang
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News