Kisah Gunung Agung dan Gili Trawangan

22 April 2019 15:10

GenPI.co - Minggu (21/4), GenPI.co berkesempatan berpelesir sebentar ke Gili Trawangan, Lombok.  Cuaca cerah, matahari bersinar terik. Namun tak begitu terasa menghujam lantaran laut senantiasa memberi angin yang berlimpah.

GenPI.co menaiki satu dari belasan perahu penyeberangan menuju ke tempat yang disebut pulau pesta itu.  Di atas perahun dududuk beberapa penumpang. Mereka berbincang satu sama lain. Temanya seputar kabar Gunung Agung di Bali yang kembali erupsi.

Cuaca yang cerah membuat GenPI.co melempar pandangan ke gunung yang sedang dibicarakan itu. Dari kejauhan, gunung itu menampakan aurah keperkasaan  yang kental.

Lautan sama birunya dengan langit. Gagahnya Gunung Agung menjadi latar dari siluet Gili Trawangan. Komposisi pencitraan keduanya, berubah seiring perahu penyeberangan yang semakin merapat ke pantai Trawangan. 

Trawangan merupakan satu dari tiga gili (gili: pulau kecil, bahasa Sasak Lombok), selain Meno dan Air. Berada di desa Gili Indah, kawasan wisata kelas dunia ini secara administrasi masuk wilayah  kabupaten Lombok Utara.

Di kawasan itu, hilir mudik wisatawan tampak biasa. Tak ada raut khawatir. Semua larut dalam nuansa wisata yang santai dan menyenangkan. padahal dini hari sebelumnya, erupsi Gunung Agung kembali menghiasi pemberitaan.

Gunung Agung seolah melengkapi keindahan ikonik keindahan Trawangan. Erupsinya, seringkali baru disadari, ketika media menjadikannya satu tajuk berita.

Siluet Gunung Agung dengan hiasan awan yang mengitarinya menjadi latar bagi Gili Trawangan.

Turis mancanegara pun domestik, yang memilih berjalan kaki, menggeret koper-koper mereka. Sebagian mengenakan keril. Sepeda-sepeda berlalu lalang. Warna khas Trawangan, di mana pengunjung yang berasal dari negeri-negeri empat musim, tabah tak berbaju di bawah terik mentari siang. 

Fathul, seorang staf hotel Villa Ombak di jajaran manajerial menyebutkan,  kebebasan berpakaian pengunjung Trawangan saat ini dibatasi hanya di kawasan pantai. 

Satu papan peringatan dalam berbagai bahasa, tertera jelas di pintu masuk utama menuju kampung penduduk. Bahwa, bikini atau pakaian khas pantai yang serba terbuka, tidak diperkenankan saat berada di kampung. Detail lain peraturan, dipasang di satu papan besar, di halaman gedung loket tiket penyeberangan.

Obit Airin dan putri kecil mereka yang berumur empat tahun adalah keluarga traveler dari Malang Jawa Timur. Mereka tampak sudah terbiasa dengan suasana di Trawangan.

“Ini kunjungan kami yang keempat. Kehangatan Lombok dan suasana serba islami, membuat kami masih hendak mengeksplor kembali,” urai Obit. 

Pasangan tersebut membekali diri dengan kelir besar yang bertengger di pada punggung masing-masing.  Arin bahkan santai menggendong Naila, putrinya, meski mereka memilih berjalan kaki.

“Kami akan menginap dua malam di Aston. Kebetulan Naila sangat suka aktifitas di pantai. Tadinya hampir tidak mau pulang dari pulau Kenawa,” Arin menegaskan pernyataan suaminya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co