Menyoal Toleransi dalam Bumi itu Bulat

Menyoal Toleransi dalam Bumi itu Bulat - GenPI.co
Para pemeran film Bumi itu Bulat dalam acara jumpa dengan media di Epicentrum, Jakarta, (Selasa (2/4)

GenPI.co - Industri perfiliman Indonesia kembali diramaikan oleh kehadiran sebuah film baru. Judulnya Bumi itu Bulat. Di tengah tren film Indonesia yang cenderung bergenre horor jalau bukan cinta-cintaan, kehadiran film Bumi itu Bulat menyajikan penyegaran.

“Film ini membawa pesan toleransi,” ujar Arie Kriting salah satu pemeran dan inisiator dalam film ini, Selasa (2/4) di XXI Epicentrum, Jakarta.

Ia mengatakan, alih-alih berbicara soal isu mayoritas dan minoritas, perbedaan etnis dan beragam hal lain saat menyoal toleransi, film ini malah menghadirkan masalah yang ditemukan dalam keseharian.  

“Kisahnya mengenai anak-anak muda yang ingin mewujudkan cita-citanya membentuk grup, akapela tapi dibenturkan dalam sebuah konfik toleransi,” tutur Arie.

Meski demikian, kompleksitas tetap mewarnai film yang akan rilis pada 11 April mendatang itu. Ada perbedaan pendapat, sudut pandang dan bahkan konflik.  Namun menariknya, tak ada salah satu pihak yang disudutkan. Penonton akan dipacu untuk menumbulkan kesadaran akan pentingnya toleransi.

Jenahara yang juga terlibat sebagai inisiator dalam film Bumi itu Bulat itu mengaku tertarik lantaran pesan dalam yang mau disampaikan. “Cerita tentang toleransi yang jarang sekali diangkat dan penting karena aku pecaya bahwa ini adalah part of Indonesia,” ucapnya.

Jenahara berpendapat,   masyarakat harus selalu diingatkan bahwa Indonesia sungguh beragam dan oleh sebab itu  toleransi adalah hal mutlak. “Karena perbedaan itu membutuhkan sebuah dorongan untuk menghargai dan menerima," ujarnya.

Toleransi dalam film Bumi Itu Bulat, dikemas dengan sangat sederhana. Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan kepada anak-anak muda, generasi bangsa Indonesia ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya