Bandara Kertajati Bagaikan Kota Mati

Bandara Kertajati Bagaikan Kota Mati - GenPI.co
Bandara Kertajati di Majalengka tampak masih sepi. (ist)

GenPI.co - Sepinya Bandara Kertajati menimbulkan polemik dan berbagai persepsi miring. Pembangunan bandara yang menelan anggaran Rp 2,6 triliun bagaikan kota mati.

Menengok ke belakang, ide pembangunan Bandara Kertajati idenya sudah cukup lama digagas, yakni sejak 2003. Saat itu, pengusaha dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat (Jabar) berharap agar ada bandara di Jabar bagian Utara.

Hanya, groundbreaking bandara baru dilaksanakan pada Januari 2016. Terdapat perjalanan panjang untuk bisa menghadirkan bandara yang saat ini merupakan yang terbesar setelah Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) dari penetapan lokasi hingga pengadaan lahan.

Baca juga: Bandara Kertajati Sepi, JK: Kurang Penelitian dan Lokasinya Tidak Pas

Pembangunan bandara ini memakan biaya hingga Rp 2,6 triliun. Dananya sendiri tak sepenuhnya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena pemerintah menggunakan skema kemitraan dengan swasta.

Sempat ditargetkan selesai akhir 2017, namun berbagai kendala menghampiri pembangunan proyek ini. Namun pemerintah baru bisa memastikan proyek dapat selesai pada 2018. 

Sepinya penumpang di Bandara Kertajati lantaran akses ke bandara masih sulit karena pembangunan tol menuju bandara belum rampung. Pemindahan maskapai ke Bandara Kertajati masih menjadi bahan pertimbangan perusahaan maskapai karena tidak efesien.

Kementerian Perhubungan yang paling bertanggungjawab atas pembangunan Bandara Kertajati. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hanya menanggapi singkat terkait sepinya Bandara Kertajati. Dia menegaskan bahwa pemerintah akan berupaya untuk membuat bandara itu ramai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya