Guci Keramat dan Perburuan Senja di Mantar

Guci Keramat dan Perburuan Senja di Mantar - GenPI.co
Peserta Jambore GenPI Lombok Sumbawa (foto : Muslifa Aseani)

Keseruan peserta Jambore GenPI Lombok Sumbawa dan Festival Pesona Mantar dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat ( Dispar KSB). 

Dua event ini menghadirkan rangkaian acara menarik. Yang utama, tentu saja menikmati pesona alami Desa Budaya Mantar, venue utama event. Satu spot di KSB yang lekat dengan julukan Negeri Di Atas Awan. Kampung yang unik, berada di ketinggian 600 mdpl lebih, namun sebagian besar rumah warga tetap rumah panggung. 

Karakter rumah khas masyarakat nelayan di pesisir pantai.  Pemandangan alam dari Mantar, menyapu sisi barat Sumbawa. Siluet Pulau Panjang, juga gili-gili kecil di dekat garis pantai menjadi pesona tersendiri.

Satu awal yang menjadikan acara rutin tahunan Dispar, yaitu Festival Mantar, dirangkaikan dengan workshop, atraksi budaya khas serta diskusi untuk update pengetahuan tentang mendigitalkan Mantar. Harapan agar Desa Budaya Mantar tak hanya dikenal sebagai spot sport-tourism paragliding saja.

Sebagian besar peserta yang baru pertama kali mencapai Mantar, langsung terpesona magnet pesona alam desa budaya ini. Awan putih pun abu-abu pembawa air hujan, melintas hampir sepanjang waktu. Pada malam hari, diskusi bersama Kadispar KSB, melahirkan beberapa usulan dan sharing pengembangan pariwisata sesuai daerah masing-masing.

Festival Mantar diawali Coffee Morning di satu spot yang memungkinkan pengunjung berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Budaya Mantar. Di momen ini, satu konsep 'Story Telling', mengisahkan legenda tentang 'Guci Keramat'. Dongeng yang dikisahkan turun temurun, tentang berbunyinya sang guci, hanya di saat tertentu ketika mata air di desa meluap tak terbendung. Haji Sulaiman, sesepuh desa Mantar berusia 109 tahun, menguraikan detail kisah ditemukan mata air dan sang Guci Keramat.

Wawan, seorang pegiat pariwisata dari Bima, sebutkan beberapa pengalamannya berkunjung ke Mantar. "Sekian kali saya membawa tamu, utamanya dari Jakarta, saya masih selalu membawa mereka ke rumah mantan Kades. Harapan saya, ke depan akan semakin banyak rumah penduduk yang siap menerima tamu, meski dengan konsep homestay sederhana," katanya.

Harapan yang diamini  Samad, warga RT 01 dusun Aik Terumak, desa Mantar. Bapak tiga anak ini siap jika rumahnya sewaktu-waktu menjadi homestay bagi pengunjung Mantar. Kesiapan sama dari Ari, menantu dari Haji Abu, yang menyiapkan satu Bale di ladangnya sebagai pilihan tempat berkemah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya