Menikmati Ambeng dan Iwak Ko’ko’ Panggang Masyarakat Jaton

Menikmati Ambeng dan Iwak Ko’ko’ Panggang Masyarakat Jaton - GenPI.co
Sajian varian ambeng dengan serundeng dan lauk pauknya yang disuguhkan masyarakat Jawa Tondano.

Bagi masyarakat Jawa Tondano (Jaton), ambeng dan iwak ko’ko’ tidak lepas dari tradisi. Terutama menyangkut dengan perayaan habi besar keagamaan.

Kuliner ini menyuguhkan kelezatan olahan makanan ayam kampung dalam sajian yang khas. Makanan ini diolah oleh kaum wanita dan remaja putri.

Mereka menyuguhkannya dalam nyiru yang biasa disebut ambeng, yaitu makanan yang lengkap lauk-pauk, sayuran dan tentu ayam kampungnya yang diolah secara khusus.

“Ambeng ini isinya nasi, iwak ko'ko' (ayam), santen bonces, kacang brenebon merah yang disantan campur pepaya muda, acar kuning, semor, laksa pakai kentang goreng dan hati ampela ayam, dan serundeng,” jelas Astuti Pulukadang, warga Jaton di Gorontalo.

Proses masaknya pun unik. Kaki dan kepala iwak ko’ko’ ini tdk dibuang namun dicuci hingga bersih untuk dibuat pose yang menarik saat dipanggang. Bak model, ayam ini pun diatur posenya dengan menggunakan bambu liat sebelum dipanggang

Ambeng yang memiliki cita rasa lezat ini biasanya disuguhkan di masjid usai orang-orang melantunkan salawat jowo dalam perayaan hari besar keagamaan.

Ambeng dan iwak kok’ko’ ini merupakan warisan leluhur mereka yang diasingkan di tanah Minahasa setelah diperdaya bangsa Belanda saat Perang Dipoegoro. Mereka kemudian menikahi gadis Tondano dan sekitarnya. Masyarakat Jaton ini merupakan anak turun dari Kiyai Modjo dan 62 pengikutnya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya