Seorang Penjaga Hutan dan Harimau Terperangkap Jerat Pemburu di Riau

Seorang Penjaga Hutan dan Harimau Terperangkap Jerat Pemburu di Riau - GenPI.co
Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono menjelaskan kronologis penyelamatan satwa liar Harimau Sumatera yang terkena jerat ketika konfrensi pers di Kantor BBKSDA Riau di Pekanbaru, Riau, Selasa (26/3). Foto: Antara

GenPI.co - Insiden langka terjadi di kawasan hutan Restorasi Ekosistem Riau (RER), ketika seorang penjaga hutan atau jagawana dan seekor harimau Sumatera liar sama-sama terperangkap jerat yang dipasang pemburu di provinsi Riau.

Beruntung keduanya bisa diselamatkan, dan jagawana tersebut tidak sampai menjadi santapan harimau liar yang kelaparan karena berhari-hari kakinya terikat jerat kawat baja.

"Kejadian ini lucu juga sebenarnya, petugas itu terjerat sampai kakinya tergantung di area yang sama dengan harimau itu. Ketika dia berteriak minta tolong, ternyata ada harimau di sana, tetapi tidak bisa menerkam karena kakinya terjerat juga,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, di Pekanbaru, dikutip dari Antara, Selasa (26/3)

Ia menjelaskan, kejadian itu terjadi pada Jumat (22/3) di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di desa Sangar, kecamatan Teluk Meranti, kabupaten Pelalawan. Perusahaan dari APRIL Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Kawasan Semenanjung Kampar, kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.

Baca juga: Di Riau Konflik Harimau dan Manusia Berulang Kali Terjadi

Suharyono mengatakan pihaknya menerima laporan dari PT GCN dan langsung mengirim tim pendahuluan untuk mengobservasi satwa langka itu. Pada Sabtu (23/3) tim sudah bisa melakukan identifikasi, dan lokasi terjeratnya harimau cukup jauh sehingga memerlukan waktu tempuh sekira 11 jam menggunakan kapal dan berjalan kaki.

Tim gabungan dari BBKSDA Riau dan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya (PR-HSD) akhirnya bisa membius harimau tersebut pada Senin (24/3) sekira pukul 10.50 WIB. Proses evakuasi harimau batal menggunakan helikopter karena lebatnya vegetasi, sehingga petugas mengangkat “Si Belang” menggunakan tandu.

“Ada dua opsi untuk penyelamatan, pertama adalah melepasliarkan lagi karena daerah itu adalah habitatnya. Tapi itu tidak bisa dilakukan karena harimau sudah mengalami luka di kakinya hingga infeksi. Karena itu, dipilih opsi kedua yaitu harimau dibawa keluar untuk diobati,” katanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya