Majukan Destinasi Aceh, Ini Saran Pengamat Wisata

01 Mei 2019 03:00

GenPI.co—  Pengamat pariwisata mengharapkan Provinsi Aceh memunculkan indentitasnya, untuk makin meningkatkan kunjungan wisatawan terutama dari negara lain.

"Saat ini wisman melihat Aceh, tapi mereka belum menemukan perbedaan dari provinsi lain di Indonesia. Padahal, Aceh merupakan satu-satunya daerah yang menerapkan syariat Islam," kata Praktisi Pariwisata Aceh, Mujiburrizal di Banda Aceh, Selasa (30/4).

Hal itu terungkap dalam diskusi publik yang mengangkat tema "Indentitas Aceh, Masih Adakah”, di Kantor Perum LKBN Antara Biro Aceh.

Baca juga: Menapaki Wisata Religi Masjid Raya Baiturrahman Kota Aceh

Dalam diskusi itu, Mujiburrizal mengatakan, hingga kini mayoritas wisman yang berkunjung ke provinsi ujung paling barat Indonesia tersebut masih berasal dari kawasan Asia Tenggara, terutama negeri jiran Malaysia.

Secara umum wisman negeri jiran tersebut masih mencari sesuatu yang merupakan ciri khas Aceh, seperti bentuk arsitektur bangunan tradisional, masjid bekas tsunami, rumah-rumah bersejarah, berbagai tarian, menu makanan halal.

Data Badan Pusat Statistik Aceh menyebut, jumlah kunjungan wisman ke provinsi ini sepanjang 2018 tercatat 33.787 orang, atau mengalami pertumbuhan sekitar 2,06 persen dibanding periode yang sama di 2017 berjumlah 33.105 orang.

"Tari saman, berbagai makanan khas, seperti kuah beulangong, kuah pliek u, timphan asokaya, merupakan warna-warni khas Aceh. Bukan hamburger yang kebarat-baratan," kata pemilik Musafir Tour ini.

Ulama Aceh, Masrul Aidi mengatakan, budaya Aceh kini mulai kehilangan jati dirinya akibat perubahan zaman yang ada, sebagai dampak dari kemajuan terutama teknologi dan komunikasi dewasa ini.

Ia menilai, beberapa perubahan ini terlihat jelas di penduduk lokal di berbagai daerah di Aceh sendiri, seperti mulai dari pakaian muslim yang dikenakan sekarang adalah baju koko. Padahal pakaian adat Aceh sendiri, cenderung lebih mirip dengan teluk belanga.

"Bahkan sampai bentuk bangunan mesjid di Aceh, kita ingin meniru di Timur Tengah. Malahan bentuk bangunan wali nanggroe, cenderung bergaya Eropa," kata Masrul.

Untuk itu diharapkan, dinas pariwisata dan kebudayaan setempat menjadi motor penggerak mewujudkan khas Aceh, antara lain menyediakan kopiah meukutup (topi adat Aceh) di bandara, lalu pakaikan ke wisatawan. Tak perlu semua wisman, cukup beberapa orang dalam satu rombongan. 

“Orang datang ke Aceh, karena ingin melihat budaya lokal," ujar ulama yang mengambil ilmu di Mesir tersebut. (ANT)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co