Yuk, Intip Tradisi Ngayunan Damar di Desa Tenganan

07 Juni 2018 10:34

Siapapun yang berkunjung ke Desa Bali Asli, Desa Tenganan Pegringsingan Karangasem, Bali pasti akan dibuat takjub dengan budaya dan nilai historis yang berkembang di desa ini. Terlebih, saat melihat struktur tua  berbahan kayu di tengah jalan utama di desa itu.

Di benak orang awam, struktur kayu itu adalah ayunan serupa kumidi putar yang jamak di pasar-pasar malam. Sebuah wahan untuk menyenangkan anak-anak di desa itu. Tapi anggapan itu keliru. Ayunan itu adalah bagian kearifan lokal Desa Tenganan. Masyarakat setempat menyebutnya ‘Ngayunan Damar’. Sebuah tradisi warisan nenek moyang mereka yang terus dilestarikan secara turun-temurun.

Tradisi Ngayunan Damar sejatinya hanya dimainkan atau dilakukan sekali setahun. Jika menurut penanggalan masehi, ritual itu digelar pada bulan Juni atau Juli setelah pagelaran Perang Pandan (Mekare-kare). Ayunan yang jadi ikon Desa Tenganan ini tidak boleh sembarang dimainkan. Harus melalui serentetan ritual keagamaan dahulu.

Tradisi Ngayunan Damar ini dimainkan oleh 4 atau 8 orang gadis belia yang disebut “Truni Daha”. Kemudian,  dari antara para Truni Daha yang telah siap bermain ini akan dipilih satu orang gadis untuk mengenakan mahkota.  Nama mahkota itu  Truni Daha Miik. Syarat yang mengenakannya adalah  gadis yang belum akhir balig.

Jika Truni Daha Miik tidak ada, bisa digantikan oleh Truna (laki-laki) yang belum beranjak dewasa. Dalam penyelenggaraan tradisi ini para truni daha menggunakan pakaian khusus yaitu rangrang.  Itu adalah kain tradisional berwarna keemasan khas masyarakat Bali Aga.

Permaianan ayunan akan dimulai ketika para truni telah menempati delapan posisi yang tersedia. Mereka duduk berapasangan setiap barisan ayunan. Setelah itu, pada tiang penyangga di sebelah kiri dan kanan ayunan, akan ada dua orang truna yang bertugas mengayunkan atau mengontrol laju ayunan.

Putaran ayunan juga nggak boleh sembarangan, guys. Harus diputar tiga kali kea rah selatan dan kemudian tiga kali ke arah utara begitu seterusnya selama tiga kali berturut-turut. Selama permainan berlangsung, biasanya akan diiringi oleh alunan gamelan selonding yang dimainkan oleh para penabuh untuk menambah kemeriahan permainan.

Seiring perkembangan, Desa Tenganan Pegringsingan yang saat ini telah terbuka pada wisatawan dan telah menjadi Desa Adat Tradisional di Kabupaten Karangasem. Tradisi Ngayunan Damar juga dimainkan sebagai atraksi untuk menghibur pengunjung yang datang mengunjungi desa itu. Jadi ayunan itu diputar nggak harus menunggu atraksi Perang Pandan (Mekare-kare) dulu.

Keunikan tradisi ini menjadikan Desa Tenganan adalah destinasi wisata yang diburu para wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Ngayunan Damar boleh saja sudah menjelma menjadi atraksi wisata. Namun nilai luhur dan filosifnya tetap melekat erat. Nguyanan Damar adalah cara untuk mempererat tali persahabatan antar generasi penerus Desa Tenganan Pegringsingan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co