GenPI.co - Sengkarut layanan pelabuhan membuat pengamat transportasi Djoko Setijowarno gerah. Dia menyarankan pelabuhan meniru PT KAI dalam memperbaiki layanan.
Saran ini bukan tanpa sebab. Dulu, kereta api Indonesia seperti ada di zaman jahiliyah.
Setiap hari orang akan dengan mudah menyaksikan penumpang KA menyemut sampai naik ke atap gerbong, berdempetan dan bergelantungan.
Perkara kecelakaan kereta, pencopetan, penjambretan di dalam kereta sudah jangan ditanya lagi.
Semua pengguna KA rata-rata pernah mengalaminya. Kalau pun tidak. minimal melihat sendiri prosesnya.
Tapi itu cerita zaman dulu. Dulu sekali. Sekarang PT KAI mampu menjelma menjadi moda transpotasi publik yang sangat nyaman.
PT KAI mampu memoles dirinya menjelma jadi gadis molek yang melayani pelanggannya dengan lebih baik lagi.
PT KAI dengan system penjualan karcis secara online dan mekanisasi sistem gate-nya, telah merubah citra.
Citra bisnis KA Pemerintah yang ala kadarnya, diubah menjadi moda transportasi massal dengan pelayanan mendekati mirip Eropa.
Atas dasar ini, Djokok menyarankan pelabuhan untuk meniru PT. KAI.
"Lihat saja, stasiun yang dulunya kumuh sekarang sudah rapi dan menarik," ujar Djoko kepada GenPI.co, Selasa (15/6).
Djoko menilai operator KA memiliki nyali yang harus ditiru pihak pelabuhan.
Tidak hanya itu saja, dia menyarankan pemerintah daerah setempat harus dengan segera mengurus dan membereskan kemiskinan.
"Operator pelabuhan dapat memberikan bantuan beasiswa terhadap anak-anak di sekitar kawasan untuk melanjutkan sekolahnya," jelasnya.
Dia juga menegaskan biaya pendidikan itu harus dikorbankan dengan cara diambil dari CSR atau gaji bulanan sejumlah Direksi dan Komisaris Operator Pelabuhan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News