GenPI.co - Penjual belut sawah Deny Apriana terlihat sedih sebelum menceritakan usahanya yang babak belur karena pandemi covid-19.
Deny, sapaan akrabnya menceritakan, omzetnya turun tajam sejak pandemi covid-19 merebak di tanah air.
"Kacau. 50 persen lebih omzet turunnya," ujar Deny kepada GenPI.co, di Cinere, Depok, Jawa Barat, Sabtu (25/9).
Turunnya omzet itu terjadi lantaran minimnya mobilitas masyarakat di luar rumah.
Deny yang berjualan di pinggir jalan pun harus bersabar dengan kondisi yang tak tentu tersebut.
Selain sepinya pembeli, kondisi belut yang tak bisa tahan lama pun membuat Deny harus memutar otak.
"Belut sawah di kondisi panas cuma bisa bertahan selama tiga hari. Kalau nggak ada yang beli, mati, rugi pasti," kata Deny.
Tak mau terus terpuruk, Deny pun mencari strategi agar usahanya bangkit di masa pandemi covid-19.
Deny memberikan potongan harga hingga Rp 20.000 untuk menarik para pembeli.
"Biasanya jual Rp 85.000 per kilo jadi Rp 65.000 sampai Rp 75.000. Kalau nggak gitu, mungkin sekarang sudah nggak jualan lagi," kata Deny.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News