Komunitas Surplus Ingatkan Bahaya Sampah Makanan

08 Oktober 2021 15:40

GenPI.co - Community Manager Komunitas Surplus Alya Fatina Diandari mengungkap soal bahaya sampah makanan yang dampaknya bisa menyentuh tiga sektor.

Sebab, bahaya sampah makanan tidak hanya terjadi secara langsung, seperti mengganggu indera penglihatan, penciuman, penglihatan karena tidak sedap dipandang, hingga mengundang adanya lalat dan kecoa.

“Akan tetapi, juga ada dampak lain yang menyentuh tiga sektor, seperti lingkungan, sosial, bahkan ekonomi,” kata Alya kepada GenPI.co, Jumat (8/10).

BACA JUGA:  Awas! Nasi dan Mi Bahaya untuk Diabetes Gula Darah Bisa Naik

Alya menjelaskan, menurut Low Carbon Development Indonesia misalnya, jumlah sampah makanan baik Food Loss and Waste di sini sudah mencapai 23 - 48 juta ton per tahun.

Padahal, membuang makanan sama saja dengan membuang banyak hal bermanfaat.

BACA JUGA:  Oposisi Kuak Ancaman Program Drone Iran, Timteng dalam Bahaya

Dengan membuang makanan sebenarnya ada hal lain yang ikut terbuang, seperti air, energi, nutrisi, bahan bakar, dan sekaligus biaya dalam proses pembuatan makanan tersebut.

“Tercatat kehilangan ekonomi akibat sampah makanan mencapai 213 - 551 triliun rupiah dan energi yang mencapai 618-989 kkal/hari yang mana seharusnya jumlah tersebut dapat memberi makan hingga 47% orang Indonesia,” katanya.

BACA JUGA:  Bahaya! Aksi Terorisme Dilakukan Pada Bulan-bulan Tertentu

Sementara itu, Community Leader Dewi Purnama Sari ikut menambahkan bahwa food waste juga membawa emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim semakin parah karena total emisi GRK yang dihasilkan food waste itu sangat besar.

Dewi menyebut, jika diibaratkan sebuah negara, emisinya nomor tiga terbesar setelah China dan US.

Food waste juga lima kali lebih banyak dibanding emisi pesawat dan dua persen lebih kecil daripada emisi kendaraan darat.

“Pengaruh secara tidak langsungnya adalah memperparah perubahan iklim,” kata Dewi.

Padahal, perubahan iklim sendiri dapat meningkatkan suhu bumi, kutub mencair, naiknya permukaan laut, bencana akibat cuaca ekstrem, dan wabah penyakit.

Selain itu, food waste yang menumpuk secara masif di TPA juga dapat memicu ledakan seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah pada 2005. Dalam peristiwa itu, 130an jiwa tak bisa diselamatkan karena ledakan menghasilkan gas metana.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cosmas Bayu Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co