GenPI.co - Ketua Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Rochimawati mengatakan bahwa jurnalis memiliki peran penting dalam melakukan sosialisasi terkait mubazir pangan di Indonesia.
Menurutnya, jurnalis bisa membumikan bahasa teknis yang semula asing menjadi mudah dimengerti masyarakat.
Hal tersebut disampaikan dalam diskusi daring Bappenas dengan media bertema "Indonesia Mubazir Pangan, Kok Bisa?", Selasa (12/10).
"Bisa dipilih lagi bahasanya untuk ditulis di dalam artikel, agar poin pentingnya bisa tersampaikan dengan baik ke masyarakat," katanya.
Rochimawati memaparkan bahwa akan ada kepedulian yang tumbuh di masyarakat jika isu tersebut lebih dipahami.
Terutama, terkait masalah lingkungan yang memiliki istilah cukup sulit.
"Masyarakat akan lebih peduli dengan masalah lingkungan, seperti food loss and food waste, karena bahasanya bisa lebih mudah dipahami," paparnya.
Menurut Rochimawati, masyarakat cenderung malas untuk mencari tahu tentang suatu isu jika bahasanya sulit.
Pasalnya, hasil penelitian dan riset memiliki banyak bahasa ilmiah yang tentunya tidak dipahami oleh masyarakat.
"Hal itu bisa menyebabkan masyarakat menjadi ‘bodoh amat’, karena mereka sudah tidak mengerti istilah ilmiah yang digunakan," ungkapannya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News