GenPI.co - Para penderita kanker seringkali tak hanya mendapat ujian dari penyakitnya, tetapi juga dari kondisi sekitar.
Pasalnya, tak jarang orang di sekitar penderita kanker justru tak suportif dan memilih untuk menjauh.
Hal itulah yang sempat dialami oleh Pengurus dan Pengelola Hotline Service Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Nitta Suzanna.
“Pada awal saya didiagnosis kanker payudara, teman baik saya justru menjauh dengan alasan tak bisa menerima penyakit saya,” ujarnya kepada GenPI.co, Rabu (27/10).
Nitta mengaku bahwa banyak yang berubah sejak dia menderita dan sembuh dari kanker payudara, terutama dari cara pandang orang lain terhadap dirinya.
“Saya merasa tiap kali berbicara dengan orang tentang kondisi saya, orang tersebut akan langsung melihat payudara saya, bukan wajah saya,” ungkapnya.
Menurut Nitta, pandangan itu bukan untuk maksud yang tidak-tidak. Namun, orang tersebut spontan melihat payudara Nitta untuk mengecek kondisi fisik usai menderita kanker.
“Mereka biasanya langsung lihat buat nilai, mana nih yang kena? Apakah payudara masih ada atau tidak?” tuturnya.
Hal tersebut berangkat dari stigma bahwa penderita kanker payudara pasti akan diangkat payudaranya.
“Masyarakat kebanyakan itu tahunya pasti langsung rata, padahal bisa saja direkonstruksi atau menggunakan sumpalan payudara,” paparnya.
Nitta mengatakan bahwa stigma masyarakat perihal penderita kanker payudara disebabkan oleh aliran informasi yang tak baik.
“Mereka juga tak memahami apa yang dirasakan oleh para penderita, sehingga berada di dalam suatu komunitas itu akan terasa sangat nyaman bagi para penderita kanker payudara,” katanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News