Donald Trump Melunak pada Huawei, Ada Apa?

01 Juli 2019 06:00

GenPI.co — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara mengejutkan membuat pengumuman bahwa perusahaan Amerika Serikat boleh kembali berhubungan dengan Huawei. Pengumuman ini dilakukan di sela-sela pertemuan G20 di Osaka, Jepang.

Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dapat kembali menjual suku cadang smartphone buatan mereka kepada Huawei selama itu tidak berhubungan langsung dengan keamanan Amerika Serikat. 

Namun pengumuman itu tidak disertai degan penjelasan mengenai kapan pastinya hubungan antara Huawei dan pemasok dari Amerika Serikat bisa dimulai kembali dan bagaimana status Huawei di mata pemerintah Amerika Serikat.

Huawei dimasukkan ke dalam daftar hitam entitas yang dianggap mengancam keamanan Amerika Serikat sehingga pemerintah melarang semua perusahaan di Amerika Serikat untuk bekerjasama dengan Huawei. 

Izin berdagang kembali yang diumumkan Trump kemarin tidak jadi membuat Huawei dikeluarkan dari daftar hitam tersebut. Membuat situasinya menjadi membingungkan. Bagaimana situasi hukumnya bagi perusahaan Amerika Serikat untuk bekerjasama dengan perusahaan asing yang masuk dalam daftar hitam Pemerintah. 

Trump memulai perang dagang melawan China dengan memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam dan mengenakan tarif masuk sebesar 25% atas komoditas dari China senilai 3,5 biliun rupiah yang hendak masuk ke Amerika Serikat dan mengancam akan mengenakan tarif masuk yang sama bagi 4,2 biliun produk lainnya dari China. 

China membalas dengan mengenakan bea masuk serupa kepada produk Amerika Serikat senilai 1,6 biliun yang sebagian besar adalah produk pertanian yang hendak masuk dan dijual ke pasar China. 

Bea masuk yang tinggi akan memengaruhi harga jual produk dan semakin tinggi harganya akan semakin rendah daya saingnya. Produk pertanian dari Amerika Serikat yang dikenai bea masuk 25% akan kalah bersaing dengan produk pertanian dari negara lain yang masuk ke China dengan bea yang lebih rendah. Hal yang sama terjadi pula dengan produk China di pasar Amerika Serikat. 

Bea masuk yang tinggi ini memberi pukulan keras bagi para petani Amerika Serikat, yang merupakan basis pendukung Trump. Produk mereka menjadi kala bersaing di dalam pasar China yang selama ini sangat menguntungkan bagi mereka. Ketidak-puasan para petani Amerika Serikat ini akan memberi dampak bagi usaha Trump untuk terpilih kembali sebagai presiden AS untuk periode kedua pada tahun 2020. 

Melunaknya sikap keras Trump kepada Huawei juga tidak bisa dilepaskan dari lobi yang dilakukan perusahaan-perusahaan teknologi tinggi terkemuka AS. Google adalah yang pertama berusaha meyakinkan Trump untuk mengurangi tekanan pada Huawei yang berujung dengan masa tenggang selama 90 hari dari pemerintah AS kepada Huawei sebelum larangan total berlaku. 

Baca juga:

Puluhan Ribu Hak Paten Huawei yang Bisa Mengancam Amerika Serikat

Presiden Rusia Putin Kritik AS Terkait Sengketa Huawei

Facebook, Instagram dan Whatsapp Tak Lagi Terpasang di HP Huawei

Perusahaan pembuat chip smartphone Qualcomm bersama perusahaan pemasok suku cadang smartphone lainnya secara diam-diam juga melobi pemerintah Trump untuk melunakkan larangan pada Huawei. 

Perusahaan seperti Qualcomm, Micron, dan Broadcom melaporkan telah memangkas perkiraan pendapatan mereka untuk tahun 2019 karena kehilangan pelanggan besar mereka, Huawei. Pemangkasan pendapatan akan diikuti dengan penyesuaian anggaran yang berujung pada pengurangan tenaga kerja. Jika terjadi PHK di bidang teknologi, itu akan membuat citra Trump semakin terpuruk. Pada kampanye pilpresnya, Donald Trump menjanjikan penciptaan banyak lapangan kerja jika dia terpilih. 

Sikap Trump yang melunak kepada Huawei ini lebih karena Trump hendak mengamankan basis massa pendukungnya untuk pilpres 2020. Huawei sendiri bersikap keras dengan menuntut perusahaan telekomunikasi di AS untuk membayar royalti atas penggunaan teknologi mereka dan mengancam akan menggunakan puluhan ribu hak paten mereka lainnya. Langkah yang tidak pernah dilakukan Huawei sebelumnya.


Simak juga video ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria Reporter: Robby Sunata

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co