GenPI.co - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa gempa di NTT, tak berhubungan dengan aktivitas vulkanik yang meningkat di beberapa tempat.
Seperti diketahui, gempa yang terjadi pada Selasa (14/12) pukul 11.20 WITA itu bermagnitudo 7,4 skala richter (SR) dengan kedalaman 10 kilometer.
Menurut Dwikorita, gempa tektonik sebenarnya bisa saja meningkatkan aktivitas gunung api.
“Namun, kami belum menemukan hal tersebut terjadi,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (14/12).
Dwikorita mengatakan bahwa analisis korelasi kedua hal itu berada pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM.
“Informasi yang kami terima adalah gempa ini tak ada kaitannya dengan gunung api yang tengah aktif, seperti Gunung Semeru, Gunung Merapi, dan Gunung Awu,” katanya.
Lebih lanjut, BMKG resmi mencabut peringatan dini tsunami akibat gempa tersebut.
Meskipun begitu, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan potensi bencana susulan.
“Jika terjadi goyangan kuat yang terjadi lebih dari sepuluh kali goyangan, segera tinggalkan tempat itu dan menuju ke tempat yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Dwikorita meminta masyarakat untuk tenang dengan terus memonitor perkembangan peringatan gempa susulan atau tsunami.
“Sebelum kembali ke rumah masing-masing, cek dulu bangunan rumah apakah sudah layak untuk dihuni. Kalau sudah tak layak, dimohon mencari tempat yang lebih layak untuk berlindung,” paparnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News