GenPI.co - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut provinsi pimpinannya sebagai “supermarket bencana”. Pasalnya, hampir semua potensi bencana bisa terjadi di Provinsi Jawa Tengah.
“Ada 865 kejadian bencana terjadi selama 2021 dan itu terdiri dari banjir, longsor, tanah gerak, gelombang pasang, angin kencang, semuanya ada,” ujarnya dalam kegiatan “Indonesia International Disaster Expo & Conference 2021”, Rabu (15/12).
Menurut Ganjar, hampir sebagian wilayah di Provinsi Jawa Tengah berpotensi tinggi, yaitu sebanyak 22 kabupaten/kota.
“Sementara itu, 13 kabupaten/kota berisiko sedang. Risiko rendahnya tidak ada, makanya semua harus siaga setiap hari,” ungkapnya.
Banyaknya potensi bencana di Jawa Tengah membuat Ganjar berupaya menyiapkan seluruh elemen untuk siap siaga menanggulangi bencana alam.
“Seluruh kekuatan yang bisa merespons bencana kita siapkan, mulai dari BPBD, PMI, SAR, Forum Pengurangan Risiko Bencana, Tagana, dan lainnya,” tuturnya.
Selain itu, Ganjar memaparkan bahwa Pemprov Jawa Tengah melakukan beberapa hal untuk kebijakan pra bencana.
Pertama, gladi dan simulasi bencana.
“Simulasi bencana ini penting. Di Amerika Serikat bahkan masyarakat diberi edukasi setidaknya setahun dua kali. Ini agar masyarakat tahu harus ke mana mereka menyelamatkan diri,” paparnya.
Kedua, penyusunan rencana kontijensi ancaman bencana. Ketiga, pemasangan 85 unit Early Warning System dan 992 unit Rambu Petunjuk Evakuasi.
Keempat, pembentukan 635 Desa Tangguh Bencana (Destana).
“Pembentukan Destana ini penting agar agen kita bisa mendorong edukasi penanggulangan bencana. Kami memfokuskan sosialisasi kepada para pelajar, agar sejak dini mereka sudah paham,” ungkapnya.
Kelima, program Gubernur Mengajar Mitigasi Bencana.
“Saya kadang-kadang mampir ke beberapa sekolah untuk memberikan informasi atau latihan terkait kebencanaan,” tuturnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News