Masyarakat Lereng Sindoro Jalani Ritual Wiwit Metik Sata

19 Juli 2019 23:23

GenPI.co— Mengawali panen tembakau, masyarakat lereng Gunung Sindoro di Dusun Anggrunggondok, Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, melaksanakan ritual Wiwit Metik Sata, Jumat siang (19/7/2019).

Wiwit Metik Sata diadakan para petani di ladang masing-masing. Mereka menyiapkan sesaji berupa makanan, pengucapan doa untuk kelancaran memanen tembakau yang biasanya dilakukan setiap awal Agustus.

Baca juga:

Puluhan Balon Udara Hiasi Langit Wonosobo

Dusun Kunci, Wonosobo, Berupaya jadi Sentra Jamur

Ritual dipimpin oleh tetua adat, dan tahun ini dibimbing oleh Mbah Tito, salah seorang perangkat desa sekaligus sesepuh dari Dusun Anggrunggondok.

“Keunikan dari ritual ini adalah upacara yang menampilkan 7 jenis bucu dari nasi yang berbeda bahannya bersama kelengkapannya seperti 7 ingkung yang dibuat dari jenis ayam dengan warna bulu yang berbeda. Contohnya ayam berbulu hitam, berbulu putih, berbulu kuning, merah,” ujar Agung Wahyu Utomo, salah satu panitia Upacara Wiwit Metik Sata.

Agung mengatakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, warga semakin jarang menggelar ritual itu, karena perubahan budaya termasuk masalah biaya.

“Tujuannya sebenarnya adalah mengingatkan kembali para generasi muda dan sekaligus sebagai atraksi budaya, maka agenda ritual Wiwit Metik Sata tahun ini dilakukan kembali sesuai adat  dengan kelengkapannya agar menjadi menarik dan juga bisa menjadi atraksi budaya, dan sekaligus mengawali puncak agenda Festival Sindoro Sumbing,” katanya.

Setelah dilakukan prosesi Wiwit Metik Sata, dilanjutkan dengan arak-arakan tujuh tumpeng dan menyaksikan prosesi mengawinkan Manten Mbako. Harapan Agung, agenda bisa diangkat oleh para fotografer maupun jurnalis, sehingga budaya tersebut bisa hidup kembali.

“Peserta akan mengenakan pakaian Jawa dan mengikuti alur ritual dan yang masuk ke lahan mungkin tidak semuanya, agar ladang tembakau tidak rusak serta tidak mengganggu alur manten tembakau,” tambah Agung.

Kasi Seni dan Budaya Disparbud Wonosobo, Sri Fatonah Ismangil mengungkapkan bahwa kembalinya ritual ini juga salah satu cara untuk melestarikan tradisi dan budaya yang sudah hampir punah.

“Tradisi [Wiwit Metik Sata] yang turun temurun dilakukan ini sebenarnya punya makna dan nilai-nilai yang lebih, terutama untuk menjaga kelestarian alam. Harapannya agenda ini bisa dihayati masyarakat dalam satu tekad dalam pelestarian alam Sindoro Sumbing,” ungkapnya.


Arak-arakan 7 tumpeng (foto: Arba Nurrokhman)

Tonton juga video ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co