Pencari Suaka di Tanah Jawara

22 Juli 2019 08:38

GenPI.co - Tatapan mata pemuda itu terlihat kosong. Meskipun ramai, pemuda itu merasa hidup dalam kesepian. Karena nasibnya belum jelas, entah harus beranjak kemana. Namanya Muhammad Hussain, pemuda berusia 22 tahun asal Pakistan. Ia bersama 1.000 pencari suaka tinggal di eks Gedung Kodim Kalideres Jakarta Barat.

Hussain sudah berada di Indonesia sejak tahun 2014, atau kurang lebih selama 5 tahun. Anak ke-6 dari 6 bersaudara tersebut mengungsi ke Indonesia seorang diri, tanpa teman ataupun anggota keluarga. Pertama kali tiba di Indonesia dengan menggunakan pesawat, Hussain langsung tinggal di kawasan Cisarua, Bogor.

Selama sekitar 4 tahun, Hussain tinggal di rumah kontrakan bersama pengungsi lainnya yag berasal dari Afghanistan. Pada saat itu, Hussain masih menerima uang kiriman dari orang tuanya di Pakistan. Setelah sekitar 4 tahun, orang tua Hussain sudah tidak mampu lagi membiayai kehidupan Hussain di Indonesia dan Hussain terpaksa pindah ke Jakarta. 

Di Jakarta, Hussain pertama kali tinggal di trotoar yang ada di Kalideres selama sekitar satu setengah tahun. Selama itu, Hussain hanya mengandalkan bantuan dari orang-orang dermawan yang mau memberinya makan atau uang saku. 

BACA JUGA: Pencari Suaka Tanggung Jawab Siapa?

Dari Kalideres, Hussain bersama pengungsi lainnya pindah ke Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Setelah 3 hari tinggal di pinggir jalan di Kebon Sirih, Hussain dipindahkan ke pengungsian sementara di Kalideres, Jakarta Barat.

Sebelum ke Indonesia, Hussain sempat transit di Thailand dan Malaysia. Namun, Hussain mengikuti permintaan orang tuanya untuk tinggal di Indonesia, karena menurutnya lebih aman. 

“Aku diajarin sama keluargaku untuk disini aja, karena lebih aman.” Ujar pemuda yang sudah fasih berbahasa Indonesia tersebut.

Persoalan pencari suaka, Pemprov DKI dapat getahnya. Jumlah pencari suaka yang jumlahnya kini mencapai ribuan menjadi masalah baru di pengungsian. Sebelum dipindahkan ke Kalideres, Warga mengeluhkan kehadiran para pencari suaka di sekitar Gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Hal ini muncul karena keberadaan mereka dianggap membuat lingkungan di kawasan ‘ring 1’ ibu kota itu menjadi kumuh. 

Tak hanya soal lingkungan yang jadi masalah, tindakan kriminal juga ikut menjadi faktor yang meresahkan. Entah karena tak mendapat tempat atau hal lainnya, para pencari suaka yang berasal dari Somalia, Sudan, Yaman, dan Afghanistan itu terlihat membangun tenda di trotoar jalan yang dikenal padat arus lalu-lintas. 

BACA JUGA: Pencari Suaka: Indonesia Lebih Aman

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Bina Nusantara, Dinna Wisnu mengusulkan pencari suaka bisa di tempatkan di Pulau Reklamasi Jakata Utara. 

"Pengungsi harus ditempatkan di tempat-tempat yang terisolasi dari masyarakat dan dipantau ketat seperti dulu di pulau Galang saat Indonesia menerima pengungsi dari Vietnam," ujar Dinna dalam pernyataanya, pekan lalu.

Doktor hubungan internasional itu menilai ketika pengungsi asing di Jakarta melebur di tengah masyarakat seperti yang terjadi saat ini akan menimbulkan gesekan horisontal dan masalah-masalah sosial baru.

Selain itu, Dinna mengatakan permasalahan pengungsi adalah masalah internasional, selama sumber masalah tidak selesai maka aliran pengungsi akan terus terjadi.

Saat ini negara-negara yang menandatangani Konvensi PBB 1951 tentang Pengungsi memilih untuk membatasi jumlah pengungsi yang diterima dan menjadi penyebab utama terjadinya penumpukan pengungsi di negara-negara transit, seperti Indonesia.

BACA JUGA: Perbedaan Pengungsi, Pencari Suaka dan Imigran?

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik menilai usulan para pencari suaka di Jakarta harusnya dikirim ke pulau reklamasi teluk Jakarta, terlalu berlebihan. Meski dengan alasan untuk menghindari konflik sosial.

Menurut Taufik, Pemerintah daerah maupun pusat tidak mempunyai wewenang untuk ikut campur dalam masalah ini apalagi sampai harus menyediakan pulau kosong bagi mereka. “Nggak ada itu, menurut saya itu terlalu melebihkan,” kata Taufik.

Taufik mengatakan bahwa para pencari suaka itu di sini hanya transit dan bukan untuk menetap. Sehingga pemerintah tidak berkewajiban untuk memberikan suaka kepada mereka.

"Kalau DKI kemarin itu menyediakan tempat karena masalah kemanusiaan daripada tidur di pinggir Jalan Kebon Sirih yang notabennya masuk ring satu dan semakin tak elok dipandang," tuturnya.

Taufik yang juga Ketua DPD DKI Jakarta Partai Gerindra melanjutkan bahwa segala yang telah dilakukan oleh pemerintah DKI hanya sebatas atas nama kemanusiaan. Menurutnya, memberikan pulau kosong untuk ditempati mereka justru akan menimbulkan masalah baru seperti adanya ketidaksetujuan dari masyarakat Indonesia sendiri.

"Bisa saja nanti ada beberapa dari masyarakat kita yang tidak terima. Pasti ada pergesekan, buat resah warga kita sendiri," ujarnya.

Selain itu, penyediaan pulau kosong bagi pencari suaka juga dianggap membutuhkan dana yang besar dan persiapan yang panjang serta tidak akan menyelesaikan masalah hingga ke akarnya.

"Tidak memikirkan dana darimana, pulau yang mana, lalu setelah itu kedepannya bagaimana. Kalau disediakan pulau kosong nanti memangnya mau dijadikan penduduk di situ," ucapnya.

Lebih lanjut, Taufik mengimbau kepada UNHCR selaku pihak yang memiliki kewenangan penuh dalam mengatasi masalah pencari suaka tersebut untuk segera berupaya dan mencari solusi.


Perwakilan UNHCR: Terimah Kasih Indonesia

Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, Thomas Vargas mengatakan pihaknya berusaha membantu agar para pencari suaka di Indonesia bisa diterima dan diberangkatkan ke Negara tujua mereka. Para pencari suaka di Indonesia memiliki 4 negara tujuan, yaitu Australia, New Zealand, AMerika Serikat dan Kanada. 

"Pertama saya menyampaikan bahwa kami (UNHCR) sangat menaruh perhatian kepada para pengungsi, kepada mereka yang berdiri di depan gedung kami, dan para pengungsi di seluruh Indonesia," kata Thomas di Kantor UNHCR pekan lalu kepada GenPI.co.

Sekitar 1.100 para pencari suaka sudah cukup lama berada di Jakarta. Sebagian dari mereka bahkan sempat berpindah-pindah tempat dan tinggal di pinggir jalan. Dan saat ini, para pencari suaka telah ditampung di gedung eks Kodim, di Kaliders, Jakarta Barat. 

BACA JUGA: UNHCR Upayakan Agar Pencari Suaka Bisa Mandiri

Meski demikian, hingga kini belum ada kepastian apakah para pencari suaka tersebut bisa segera diberangkatkan ke Negara-negara tujuan mereka. Menurut Thomas, hal tersebut memakan waktu cukup lama karena di seluruh dunia sedang terjadi krisis pengungsi.

"Kita semua menghadapi krisis pengungsi dalam tingkat global. Ada lebih dari 70 juta pengungsi yang terpaksa berpindah (dari tanah airnya) di seluruh dunia. Ini adalah krisis. Kami melakukan apapun yang kami bisa untuk membantu para pengungsi," kata Thomas.

Thomas sebagai perwakilan UNHCR juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang sudah memperbolehkan para pengungsi untuk tinggal sementara di Indonesia. Thomas juga menekankan bahwa pihaknya terus mencari solusi terbaik untuk para pengungsi.

"Kami sangat bersyukur pemerintah Indonesia memperbolehkan para pengungsi untuk tinggal hingga kami bisa mendapatkan solusi untuk mereka. Mungkin ada solusi dari negara-negara yang menawarkan mereka untuk berangkat," kata Vargas.


NONTON VIDEO BERIKUT INI

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co