GenPI.co - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan seseorang yang tak bergejala dan tidak diisolasi tetap dapat menularkan virus Covid-19 kepada orang lain.
Sebab, tak semua kasus positif Covid-19 di lapangan dapat terdeteksi secara 100 persen.
Bahkan, berdasarkan klinis untuk kasus positif dapat dibagi menjadi pasien dengan gejala dan tanpa gejala (asimtomatis).
"Artinya, orang yang tampak sehat-sehat saja belum tentu terbebas dari infeksi Covid-19," ujar dia dalam Konferensi Pers Satgas Covid-19, Kamis (10/2/2022).
Secara global, jumlah kasus positif tanpa gejala memang lebih sedikit persentasenya dibandingkan pasien bergejala.
"Peluang timbulnya kasus positif dengan pasien tanpa gejala juga tercatat lebih rendah tiga sampai 25 persen lebih rendah dari kontak dengan pasien bergejala," ungkap Wiku.
Selain itu, mayoritas ahli sepakat kasus dengan gejala masih lebih infeksius dibandingkan yang tanpa gejala.
Meskipun begitu, jika hal tersebut tak diantisipasi dengan baik, tetap akan berpotensi menimbulkan kenaikan kasus secara signifikan.
"Orang tanpa gejala dapat menyumbangkan sekitar 24 persen dari keseluruhan penularan yang terjadi di populasi," jelas dia.
Hal tersebut juga diperparah dengan keterbatasan teknologi tes yang saat ini belum bisa mendeteksi orang tanpa gejala (OTG).
"PCR yang saat ini dianggap paling akurat pun hanya dapat mengukur jumlah virus yang terdapat di dalam tubuh seseorang, bukan jumlah virus yang mampu ditularkan dari orang tersebut," imbuh Wiku.
Selain itu, OTG kerap lebih tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dibandingkan pasien bergejala.
"Orang yang tampak sakit akan cenderung melakukan isolasi dibandingkan yang tak merasa sakit. Jadi, sikap paling bijak adalah tetap disiplin menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak," tuturnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News