GenPI.co - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) resmi meluncurkan kurikulum prototipe bernama Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, Jumat (11/2).
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengaku peluncuran Kurikulum Merdeka sudah dia tunggu-tunggu sejak lama.
"Pasalnya, terobosan ini berhubungan langsung dengan akselerasi mutu pembelajaran dan peningkatan kualitas guru," ujar Nadiem Makarim dalam Konferensi Pers Merdeka Belajar Kemdikbudristek, Jumat (11/2).
Nadiem mengatakan bahwa Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran sejak 20 tahun terakhir.
Hal tersebut tercermin dari rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam mengerjakan tes Programme for International Student Assessment (PISA).
"PISA digunakan sebagai indikator untuk melihat kemampuan siswa dalam bidang numerasi, literasi, dan sains," katanya.
Menurut Nadiem, masih banyak siswa Indonesia yang tak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
"Sebanyak 70 persen siswa Indonesia berusia 15 tahun bahkan masih berada di bawah kompetensi minimum untuk membaca dan matematika," ungkapnya.
Nadiem memaparkan kondisi tersebut makin diperburuk oleh pandemi covid-19. Pasalnya, pandemi covid-19 menyebabkan hilangnya pembelajaran (learning loss) yang sangat signifikan.
Tak hanya itu, kesenjangan pembelajaran yang dialami siswa Indonesia juga makin meningkat selama pandemi covid-19.
"Indikasi learning loss ini adalah berkurangnya kemajuan belajar dari Kelas 1 ke Kelas 2 SD," paparnya.
Oleh karena itu, Nadiem meyakini Kurikulum Merdeka dapat menjadi solusi dalam mengatasi krisis pembelajaran yang sudah terjadi selama 20 tahun.
"Suatu krisis membutuhkan solusi yang juga luar biasa untuk mengejar ketertinggalan kita selama ini," tuturnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News