Ada Hepatitis Akut Misterius di Indonesia, Warga Diimbau Waspada

04 Mei 2022 07:40

GenPI.co - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat untuk waspada terhadap penyakit hepatitis akut.

Sebelumnya, tiga anak diketahui meninggal dunia akibat hepatitis akut misterius yang belum diketahui jenisnya.

Imbauan IDI dan IDAI pun dikeluarkan guna menindaklanjuti Surat Edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

BACA JUGA:  Selain di Pacitan, Tren Hepatitis di Trenggalek Juga Meningkat

Sekaligus edaran Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor surat HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) pada 27 April 2022.

"Kami meminta Organisasi Profesi Medis di bawah IDI, seluruh dokter, dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan waspada," ujar Ketua Umum PB IDI, dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Rabu (4/5/2022).

BACA JUGA:  Waspada Hepatitis A, Ini yang Harus Dilakukan Agar Tidak Tertular

Sementara, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menambahkan seluruh dokter anak dan residen dokter anak juga turut mengawasi apabila gejala diatas muncul pada pasiennya.

IDAI juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dan mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya.

BACA JUGA:  Vaksinasi Anak Masih Rendah, Kata Dinkes Aceh

Kemudian menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak.

"Agar mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat," ujar Piprim.

Diketahui, sejauh ini Inggris Raya dan sejumlah negara di mana kasus ini muncul telah menerapkan respons klinis dan kesehatan masyarakat untuk mengoordinasikan penemuan dengan penyelidikan penyebab penyakit dalam hepatitis akut tersebut.

Kemenkes dan juga Dinas Kesehatan RI sedang menyelidiki lebih lanjut untuk memasukkan riwayat perjalanan yang lebih terperinci, dan tes virologi/mikrobiologi tambahan.

IDI dan IDAI mendukung penuh upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait untuk penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai Hepatitis Akut yang belum diketahui etiologinya ini.

IDI dan IDAI juga meminta bantuan dan dukungan dari setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk aktif mengedukasi masyarakat setempat.

Hal ini dilakukan apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat.

Saat ini, Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya telah secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Badan Kesehatan Dunia WHO.

Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus ini terus bertambah, di mana tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

Hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini memiliki gejala antara lain perubahan warna urin (gelap) dan/atau feses (pucat), kulit menguning, dan terasa gatal. Kemudian ada nyeri sendi atau pegal-pegal disertai demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut.

Penderita kemudian lesu, dan atau hilang nafsu makan, diare serta kejang, dan ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST) / SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.

Kemudian, dari pemeriksaan Laboratorium tidak ditemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun, pada beberapa kasus ditemukan SARS-Cov-2 dan/atau Adenovirus.

Oleh karena itu, pemeriksaan pathogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co