Mengenang Syafii Maarif di Peringatan 40 Hari Kepergiannya

06 Juli 2022 09:10

GenPI.co - Syafii Maarif Memorial Lecture digelar di Salihara Art Center, Jakarta Selatan, pada Selasa (5/7) untuk memperingati 40 hari kepergian sang cendekiawan muslim.

Kegiatan itu digelar oleh Maarif Institute bekerjasama dengan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) dan didukung Komunitas Salihara dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Bertema “Pancasila dalam Tindakan: Mengenang Buya Syafii Maarif, Guru Kemanusiaan Penjaga Panggung Kebhinekaan”, kegiatan itu bertujuan untuk terus menghidupkan dan mengembangkan pikiran sang guru bangsa.

BACA JUGA:  Anwar Abbas: Buya Syafii Maarif Pelopor Gerakan Ilmu Kebenaran

Anggota Dewan Pengarah BPIP M Amin Abdullah mengatakan bahwa Buya Syafii adalah sosok yang sangat sederhana dan bersahaja.

Buya Syafii merasakan dan menghayati benar penderitaan rakyat.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Syafii Maarif: Buya Perhatian

Tak hanya itu, Buya Syafii juga meyakini Islam sebagai pedoman etika dan petunjuk hidup dengan sepenuh hati, tetapi tanpa kehilangan rasa hormat kepada pemeluk agama lain yang berbeda.

“Pluralis-inklusif, nondiskriminatif. Cendekiawan, intelektual, dan ulama berwawasan luas dan terbuka,” jelas Amin.

BACA JUGA:  Tahlil untuk Buya Syafii, Alissa Wahid Izin ke Muhammadiyah

Menurut Amin, Buya sangat mencintai Indonesia tanpa reserve. Namun, ketika para penyelenggara negara terjebak dalam kubangan lumpur KKN, Buya Syafii tidak segan-segan teriak keras melontarkan kritik.

“Dia selalu menyampaikan ‘Jangan memuja-memuja Pancasila, tetapi mengkhianatinya dalam praktik kehidupan sehari-hari dengan berbuat KKN sesuka hati’,” ujar Amin.

Amin mengatakan bahwa Buya gemas dan sedih melihat jurang antara kaya dan miskin di Tanah Air yang masih sangat tajam.

Buya menyatakan dari lima sila dalam Pancasila, sila ke-5 yang paling tertinggal di buritan peradaban. Sila ke-5 disebut sebagai “yatim piatu” dan paling terlantar.

Amin juga menyoroti sikap Buya ketika melihat gelagat Front Pembela Islam (FPI) yang makin ganas dan menjadi-jadi karena pemerintah tidak mengambil sikap yang tegas.

Buya pernah mengeluarkan pernyataan yang sangat berani bahwa FPI dan sejenisnya adalah “Preman Berjubah”.

 “Dengan kritik dan pernyataan-pernyataan seperti itu Buya tidak gentar untuk dikucilkan oleh warga masyarakat Muslim,” kata Amin.

Dalam kegiatan ini perwakilan 4 lembaga menyampaikan sambutannya. Abd. Rohim Ghazali (Maarif Institute), Ade Armando (PIS), Goenawan Mohammad (Komunitas Salihara), dan Yudian Wahyudi (BPIP).

Seperti diketahui, Buya Syafii Maarif telah mendahului kita pada Jumat, 27 Mei 2022. Selama hidupnya, Buya dikenal sebagai guru bangsa dengan kepribadian yang humanis dan sejarawan yang kritis.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Pulina Nityakanti Pramesi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co