GenPI.co - Kenaikan tarif ojek daring atau ojek online (ojol) berpotensi menurunkan permintaan terhadap moda transportasi berbasis aplikasi.
Direktur Center for Policy and Public Management Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) Yudo Anggoro mengatakan ojol sudah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas.
"Ojek online ini menawarkan kepraktisan dan kemudahan, sesuatu yang yang tidak ditawarkan oleh moda transportasi lain. Kalau tarif ojek online ini benar-benar naik, dikhawatirkan banyak orang akan beralih menggunakan kendaraan pribadi," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (24/8/2022).
Jika masyarakat lebih memilih untuk beralih ke kendaraan pribadi, lanjut Yudo, akan muncul masalah-masalah baru seperti kemacetan hingga peningkatan emisi karbon.
"Sebagian pengguna ojek online ini adalah masyarakat menengah ke bawah. Jika beralih ke kendaraan pribadi, mereka harus berpikir untuk membeli BBM, ganti oli, servis dan sebagainya. Beban mereka akan bertambah," jelasnya.
Sebelum berlaku pada 30 Agustus 2022, Yudo menyampaikan sebaiknya pemerintah, operator, dan mitra ojol harus duduk bareng sehingga ada solusi yang tepat.
"Apalagi situasi perekonomian saat ini sedang sulit, belum lagi isu kenaikan BBM, dan inflasi yang justru dikhawatirkan menurunkan jumlah order dari ojek online itu sendiri," ujarnya.
Pemerintah telah mengindikasikan akan menaikkan BBM bersubsidi jenis pertalite pada pekan ini.
Kenaikan itu dikhawatirkan banyak pihak akan makin membebani konsumen dan pengendara ojek online dan akan berdampak kepada menurunnya permintaan. (antara)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News