GenPI.co - Heboh cuitan pegiat media sosial Eko Kuntadhi yang dinilai menghina ustazah Imaz Fatimatuz Zahra alias Ning Imaz di media sosialnya.
Pengamat komunikasi dan politik Jamiluddin Ritonga menilai komentar Eko Kuntadhi memang sangat vulgar yang bernada penghinaan, sehingga layak dikecam.
"Kasus tersebut menambah deret panjang perilaku tak seharusnya yang dilakukan buzzer," tambahnya.
Pasalnya, sebagian buzzer dengan seenaknya melontarkan narasi yang tidak mengindakan etika.
Akademisi dari Universitas Esa Unggul itu mengatakan, Eko Kuntadhi sudah melontarkan kata kasar dan menyudutkan pribadi seseorang dan menjadi bagian dari konten yang mereka share di media sosial.
"Mereka tidak membahas substansinya, justru menyerang pribadi seseorang dengan kata-kata yang tak layak di konsumsi di ranah publik," ungkapnya.
Oleh karena itu, kasus Eko Kuntadhi seharusnya dapat dijadikan pintu masuk untuk menertibkan para buzzer.
"Terlebih bagi mereka yang tidak mengindahkan etika komunikasi di rana publik," tegasnya.
Menurutnya, orang-orang seperti Eko Kuntadhi justru menyalahgunakan demokrasi untuk memaki dan menghina orang lain.
"Celakanya itu, mereka lakukan bukan untuk dirinya tetapi lebih kerap untuk kepentingan orang tertentu," jelasnya.
Sebelumnya, Eko Kuntadhi mengomentari Ning Imaz saat membagikan ilmunya. Dalam video tersebut, Ning Imaz sejatinya menjelaskan soal tafsir Surat Ali Imran ayat 14.
Lalu, Eko men-twit, "Jadi bidadari itu bukan perempuan?".
Dia juga mengunggah video Ning Imaz dengan menambahkan kata-kata tak pantas. "Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan" cuit Eko pada Selasa (13/9).(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News