Din Syamsuddin: Konflik Israel Palestina Picu Gerakan Radikalisme di Dunia

30 September 2022 22:40

GenPI.co - Mantan ketum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin menilai solusi dua negara antara Palestina dan Israel adalah ide dan harapan yang realistis setelah jalur konflik militer dan diplomasi dilakukan.

Hal ini disampaikan Prof. Din Syamsuddin, Ph.D dalam diskusi kerjasama Universitas Paramadina dengan Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilizations (CDCC) yang diselenggarakan secara daring Kamis (30/9/2022).

“Gagasan Two States Solution bagi Palestina dan Israel bukanlah ide baru tetapi gagasan lama yang merupakan kesepakatan global melalui resolusi-resolusi PBB era 1970-an,” ujarnya dalam keterangan resmi.

BACA JUGA:  Anwar Abbas Bongkar Alasan Din Syamsuddin Dirikan Partai Pelita

“Secara historis bisa dilacak sejak awal 1930-an dengan adanya harapan agar dua negara tersebut dapat hidup berdampingan secara damai,” imbuhnya.

Menurut Din, konflik tersebut juga telah membawa dampak global berupa munculnya gerakan-gerakan fundamentalisme, radikalisme di dunia Islam oleh sebagian kecil kalangan yang mendukung Palestina maupun oleh para pengungsi Palestina, dengan muara persoalan ketidakadilan yang diderita rakyat Palestina.

BACA JUGA:  Din Syamsuddin Angkat Bicara Soal Koalisi dan Capres 2024

“Beberapa negara OKI telah melangkah lebih maju seperti Mesir, Uni Emirat Arab, Yordania dan terakhir sedang berproses, Arab Saudi, untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel,“ lanjutnya.

Menurut Din bahwa solusi dua negara meski adalah langkah terbaik, tetapi menghadapi beberapa kendala serius, seperti masalah perbatasan Palestina – Israel. Palestina menginginkan tapal batas sebelum perang 1967 namun Israel menolaknya.

BACA JUGA:  Nilai Etika dan Moral Memudar, Din Syamsuddin: Sangat Berbahaya

“Ide Solusi Dua Negara yang tiba-tiba ditawarkan PM Israel yang baru  dan Joe Biden, tidak lepas dari global power shifting dengan bergesernya bandul politik global ke China sebagai new super power ekonomi, “ tambah Din.

“Indonesia juga harus lebih keras bersuara di forum OKI untuk menggolkan ide solusi dua negara,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama Ahmad Khoirul Umam, Ph.D. Dosen Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) menyatakan bahwa dalam konteks neorealis, apa yang terjadi di Palestina dan Israel tidak terlepas dari dukungan kuat internasional termasuk gagasan Two States Solution yang disampaikan PM Israel dan Joe Biden.

Menurutnya ada perbedaan signifikan dulu dan sekarang. Kalau dulu, dunia Arab sangat solid. Beberapa kali perang Arab – Israel, dunia Arab nampak solid hingga pada era perang Yom Kippur 1973, Israel hampir saja kalah.

“Ketika itu suara dunia Arab bulat  No peace, No Nego!. Namun pada hari ini di dunia Arab telah terjadi pergeseran pendirian. Beberapa negara Arab telah membuka hubungan diplomatic dengan Israel, dan aktor utama untuk itu nampaknya pihak Arab Saudi,” katanya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co