Setelah 1 Abad, Akhirnya Sedulur Samin Sikep Dipertemukan Kembali

23 September 2019 19:52

GenPI.co — Masyarakat sedulur Samin Sikep yang biasa dikenal masyarakat mengikuti ajaran Samin Surosentiko Kabupaten Blora dan Kabupaten lainnya bertemu jadi satu dalam temu ageng di pendopo sedulur sikep Dukuh Blimbing Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

"Temu ageng digelar dalam rangka mempererat silaturahmi, mencocokan kembali ajaran Samin dalam laku kehidupan bagi keturunan dan pengikut ajaran yang disebarkan Samin Surosentiko yang tersebar di berbagai kabupaten. Temu ageng bertujuan mengumpulkan sedulur samin sikep atau ngumpulke balung pisah (dalam bahasa Jawa)", Terang Direktur Indonesiana Cerita dari Blora 2019, Dalhar Muhammadun, Minggu (22/9).

“Karena faktanya, setelah 100 tahun, sedulur samin sikep yang tersebar di sejumlah kabupaten ini, belum saling kenal,” ucapnya.

Sebab,selama lebih kurang 100 tahun tidak pernah digelar pertemuan, bahkan faktanya tidak saling kenal sesama sedulur.

Ini merupakan kali pertama digelar event "Temu Ageng Sedulur Sikep"  yang merupakan rangkaian Platform Indonesiana Cerita dari Blora 2019 yang di selenggarakan sejak 19 - 21 September 2019.

Sri Hartini, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, menyampaikan setelah 100 tahun atau 1 abad tidak pernah digelar pertemuan sedulur samin sikep, maka melalui temu ageng ini diminta menjadi tonggak sedulur samin sikep secara keseluruhan.

“Nilai-nilai ajaran Samin turun temurun dari generasi ke generasi dan masih tetap dipegang teguh. Oleh karena itu menjadi tonggak sedulur sikep secara keseluruhan,” Ucapnya.

Meskipun belum banyak yang tahu, menurut Sri Hartini, temu ageng ini sekaligus sebagai penolak situasi dan kondisi yang menggeliat saat ini.

“Dalam nilai ajaran samin, di ataranya dari yang diucapkan dengan perbuatan atau tindakan adalah sama. Bukan seperti dugaan situasi dan kondisi saat ini,” ujarnya.

Menurutnya, Temu ageng ini merupakan kesempatan yang langka dan setelah ini diminta ada kebiasaan pertemuan yang menguatkan sedulur sikep.

“Nila-nilai ajarannya sangat kuat. Ini kearifan lokal yang harus digerakkan. Setelah temu ageng ini harus ada tindak lanjut, jangan berhenti. Ini aset, Blora harus bangga punya aset ini, ” jelasnya.

Ikut menambahkan, Amrih Widodo, antropolog yang pernah membuat tulisan Samin In The Order : The Politics of Encounter and Isolation, menyampaikan biasanya sedulur samin sikep dibicarakan, melalui temu ageng ini disilahkan untuk melakukan pembicaraan sendiri.

Baca juga:

Gejayan Memanggil, Seruan dari Balik Jaket, Bangkitkan Era 1998

Citorek, Negeri di Atas Awan yang Saat Didatangi Ternyata Berdebu

“Biasane diomongke, sak iki omong dewe (Biasanya diomongkan, sekarang omong sendiri). Mencocokkan lakon. Kenapa ? Karena ajaran sikep itu lisan. Kapan mencocokkan dengan kejadin (kang dumadi, Jawa) 100 tahun lalu,” jelas Amrih Widodo ketika hadir pada temu ageng.

Sehingga pertemuan ini menjadi momen yang luar biasa dan bersejarah. Sebab jumlah sedulur sikep relatif stabil, kalau dulu 3.000 orang, sekarang lebih kurang ada 5.000 orang.

Temu Ageng ini terbagi tiga sesi acara, yakni perkenalan, mencocokkan laku (nyocokke laku, Jawa) dan cara yang dilakukan (cara kang ditindakke, Jawa) melalui kelompok diskusi, yang hasilnya dikembalikan lagi kepada sedulur samin sikep untuk dimatangkan.

Video viral hari ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co