Cerita Menteri Bahlil soal Toleransi di Fakfak: Perbedaan adalah Rahmat

20 Maret 2023 17:20

GenPI.co - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menceritakan bagaimana indahnya toleransi di Fakfak, Papua Barat.

Semua bermulai dari Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) yang mengeluarkan hasil survei nasional terkait polarisasi politik di Indonesia.

Dari hasil survei tersebut, dikatakan ada potensi masalah sentimen asing-aseng pada Pemilu 2024 mendatang.

BACA JUGA:  Demi Indonesia Maju, Pengamat Dukung Menteri Bahlil Perkuat Smelter

Sentimen tersebut kian menguat terkait dengan investasi yang datang dari China ke Indonesia dalam skala besar.

Tak hanya itu, sentimen lain seperti agama, kebutuhan pokok dan lainnya yang bisa menimbulkan polarisasi politik di tengah-tengah masyarakat juga berpotensi muncul.

BACA JUGA:  Genjot Hilirisasi, Menteri Bahlil Didukung Pengamat Ekonomi

Menanggapi hal tersebut, Bahlil pun menilai polarisasi yang sering dibangun oleh pihak-pihak tertentu akan berdampak bagi politik Indonesia di tahun 2024.

Bahlil sendiri memastikan bahwa polarisasi tersebut tidak berpengaruh terhadap investasi-investasi di Indonesia.

BACA JUGA:  Bantah Investasi Dikuasai 1 Negara, Menteri Bahlil Beri Pesan Tegas

“Tadi saya katakan bahwa polarisasi ini akan memberikan dampak pada stabilitas politik, saya menyarankan bahwa pemilu diagendakan 2024 dan karena itu stabilitas politik sebagai syarat mutlak untuk bagaimana pertumbuhan investasi kita bisa tercapai,” kata Bahlil dari rilis yang diterima GenPI.co, Senin (20/3).

Bahlil juga menyinggung terkait negara Indonesia yang memiliki suku banyak, dari Aceh hingga Papua, disertai dengan keanekaragaman agama seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Tak ayal, dirinya pun mencontohkan suasana di kampung halamannya di Fakfak, Papua Barat yang begitu harmonis dan mampu menjaga serta menghormati perbedaan.

“Tadi juga saya sudah sampaikan jika perbedaan itu rahmat dalam Islam, saya kebetulan dari Papua, itu khususnya di kampung saya di Fakfak itu dalam satu keluarga itu ada Katolik, Protestan dan ada Islam dan itu biasa-biasa saja, bahkan rumah saya di Fakfak itu bersebelahan dengan gereja,” jelasnya.

Bahlil menilai perbedaan sudah ada sejak nenek moyang Indonesia dulu, dan dinilai tidak pantas untuk dijadikan sebagai alat perpecahan dan dipertentangkan.

"Ketika bulan puasa, yang memasak untuk sahur adalah saudara-saudara kami yang beragama Kristen. Kalau kami puasa, yang memperbaiki masjid kami itu adalah saudara-saudara kami, sepupu-sepupu kami yang beragama Kristen. Kalau saudara-saudara saya Kristen yang mau natalan maka kami yang memperbaiki gereja. Gak ada masalah itu, kami baik-baik saja," paparnya.

Tidak hanya itu, Bahlil mengaku ketika saudaranya yang beragama Katolik, meski dirinya sebagai seorang muslim tetapi ia datang ke rumah saudaranya tersebut untuk berkunjung.

"Makanya karena saya tahu mereka ada makanan, mohon maaf babi atau anjing, maka piring mereka yang bekas makan itu tidak diletakkan untuk kami, begitu arti menghargainya perbedaan," kenang Bahil.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cosmas Bayu

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co