Mengenal 6 Sosok Pahlawan Nasional Baru

10 November 2019 08:00

GenPI.co - Presiden Joko Widodo kembali menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada sejumlah tokoh yang berjasa bagi bangsa dan negara.

Pada tahun ini ada 20 nama yang diusulkan oleh Kementerian Sosial untuk dibahas oleh Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Namun hanya enam tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2019.

Enam tokoh yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2019 adalah Rohana Kudus (Sumatera Barat), Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo (Sulawesi Tenggara), Prof Dr M. Sardjito (Yogyakarta), K.H. Abdul Kahar Mudzakkir (Yogyakarta), Alexander Andries Maramis (Sulawesi Utara), dan K.H. Masjkur (Jawa Timur).

BACA JUGA: Kobarkan Semangat Lewat Ucapan Selamat Hari Pahlawan

Berikut sosok enam tokoh yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2019:

Rohana Kuddus

Wartawan perempuan di Sumatera Barat. Kiprahnya dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia, yang dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.

Kemudian, Rohana menerbitkan surat kabar perempuan Soenting Melajoe yang beredar di Kota Padang, Sumatera Barat.  Pada 10 Juli 1912, Rohana menjabat sebagai pemimpin redaksi.

Ketika  Belanda meningkatkan serangannya, sosok wanita tangguh ini turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat berjuang di kalangan pemuda.

Setelah dua kali diusulkan Pemprov Sumbar sebagai pahlawan nasional, Rohana Kuddus ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun ini.

Ia lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto pada 20 Desember 1884 dan meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 dalam usia 87 tahun.

BACA JUGA: Meresapi Makna Kata-kata Mutiara para Pejuang di Hari Pahlawan

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yii Ko)

Berjuang melawan Belanda dengan memimpin perlawanan gerilya di Gunung Siontapina. 

Himayatuddin berjuang untuk menegakkan kedaulatan dan terutama membebaskan bangsanya dari belenggu penguasaan Belanda.

Perjanjian-perjanjian dari raja-raja terdahulu telah membuat rakyat Buton sengsara, dan kerajaannya hanya memilki kedaulatan semu.

Lahir di Buton Sulawesi Tenggara awal abad ke-18 Masehi. Himayatuddin wafat dan dimakamkan di Gunung Siontapina pada 1776.

Sardjito

Sardjito meningkatkan kesehatan masyarakat dengan melakukan penelitian penyakit kolera, disentri, lepra, tifus, influenza, diabetes.

Ia menerima berbagai penghargaan, antara lain atasnya  untuk pembangunan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1951). Mendapat Bintang Gerilya (1958), Bintang Mahaputra tingkat III dan Bintang Kehormatan Keilmuan dari Uni Soviet (1960).

Lainnya, Bintang Satya Lancana dan Bintang Satya Lancana Karya Satya (1961), Bintang Mahaputra tingkat II (1973).

Lahir di Magetan, Madiun, Jawa Timur, 13 Agustus 1889. Sardjito meninggal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada 6 Mei 1970 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kusumanegara.

Mengabdikan diri di bidang kesehatan dengan menjadi Anggota Kehormatan/pengurus Perkumpulan Dokter Indonesia pada 1915 sampai 1942.

Pada 1925, menjadi Ketua Organisasi Pergerakan Nasional Budi Utomo Cabang Jakarta. Pada 1926-1930 menjadi anggota Haminte Jakarta dan wakil Wethouder.

Sejak tahun 1937-1944 menjadi Pemimpin Redactie Medische Beriichten (Berita Ketabiban). 

Dr Sardjito meninggal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada 6 Mei 1970 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kusumanegara.

K.H. Abdul Kahar Mudzakkir

Saat menuntut ilmu di Universitas Al Azhar maupun di Universitas Darul Ulum, ia aktif menggalang dukungan bagi kemerdekaan melalui berbagai organisasi yang diikuti seperti

Gerakan Pelajar Indonesia maupun Perhimpunan Indonesia.

Perjuangan Indonesia untuk merebut kemerdekaan, ia sebarkan  melalui tulisannya di berbagai artikel surat kabar yang terbit di Mesir maupun melalui Muktamar Islam Internasional.

Setelah menyelesaikan studinya di Mesir, Abdul Kahar Mudzakkir berkiprah di bidang dakwah dan pendidikan melalui Muhammadiyah.

Aktivitas politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang telah dilakukannya sejak berada di Mesir terus dilanjutkan di Indonesia dengan aktif dalam Partai Islam Indonesia.

Abdul Kahar Mudzakkir lahir di Kampung Gading Selatan, Kota Yogyakarta, 16 April 1907. Ia wafat pada 1 Desember 1973 dan dimakamkan di Pemakaman Boharen Purbayan, Kotagede.

Alexander Andries Maramis

Merupakan salah satu tokoh Minahasa yang menjadi anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Tokoh kelahiran Paniki Bawah, Minahasa, 20 Juni 1897 ini juga termasuk dalam anggota panitia perancang UUD 1945. Ia juga berperan dalam merumuskan preambule dari dasar negara yang juga dikenal dengan Piagam Jakarta pada 17 Agusus 1945.

Saat kabinet pertama dibentuk, Maramis menjadi anggota kabinet, menteri negara, wakil menteri keuangan, menteri keuangan.

Di awal kemerdekaan, ekonomi terpuruk akibat perang. Selaku Menteri Keuangan, Maramis memerintahkan mencetak ORI (Oeang Republik Indonesia) dan diedarkan pertama kali oleh BNI 1946.

K.H. Masjkur

Merupakan pejuang dari zaman Jepang sampai Orde Baru.

Pria kelahiran Singosari ini, berperan sejak persiapan kemerdekaan.

Prestasi K.H. Masjkur di antaranya sebagai Pimpinan Tertinggi Barisan Sabilillah, Anggota BPUPKI yang merumuskan Pancasila dan UUD 1945, Pendiri Yayasan Sabilillah Malang,

Ketua Yayasan Universitas Islam Malang (Unisma) pertama, Ketua Umum PBNU, dan Menteri Agama RI.

Pengusulan K.H. Masjkur untuk menjadi Pahlwan Nasional telah dilakukan sejak 1995 namun sempat terhenti. Pemberkasan diulang dan diusulkan kembali pada 2017 dan berproses hingga 2018.

K.H. Masjkur meninggal di Jakarta, 18 Desember 1992 dan dimakamkan di Singosari, Malang, Provinsi Jawa Timur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co