SMSI Berkomitmen Canangkan Jurnalisme Ramah Pariwisata

24 Oktober 2018 15:56

Komitmen untuk mencanangkan jurnalisme yang ramah terhadap pariwisata ditunjukkan oleh Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Caranya adalah kolaborasi dengan kementerian Pariwisata dalam sebuah gelaran Forum Group Discussion (FGD). Bertempat di Hotel Sari Pacific, Kamis (24/10), diskusi tersebut mengupas peran media sebagai salah satu unsur Pentahelix. Bersama empat unsur lainnya, media diajak untuk senantiasa kompak dan saling mendukung. Dengan begitu,  iklim pariwisata yang kondusif dapat tercipta.

Ketua SMSI Auri Jaya dalam sambutannya mengatakan, ini kali pertama kolaborasi SMSI dengan Kemenpar. “Forum diskusi  ini timbul dari keinginan SMSI akan sebuah bentuk jurnalisme yang ramah pariwisata,” jelas Auri.

Ia melanjutkan, SMSI saat ini  beranggotakan 300 media online dengan kepengurusan di 27 provinsi. Selain itu,  SMSI memiliki Cyber Indonesian Network (CIN), sebuah newsroom digital bersama di mana anggota-anggota SMSI mengirim dan mengambil berita untuk kemudian dipublikasikan di masing-masing portal online mereka.

“Dalam keadaan bencana, Crisis Center Kemenpar dapat memanfaatkan CIN untuk merilis berita-berita aktual terkait keadaan  destinasi wisata yang terdampak. Ini diharapkan meminimalisir tersebarnya berita-berita hoax yang berdampak buruk pada industri pariwisata kita,” Auri menjelaskan.

Baca juga: Menpar Arief Yahya: Kompetitor itu Penting

Salah satu narasumber dalam forum diskusi itu adalah  Sutopo Purwo Nugroho. Ia adalah Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo  mengaku sudah hafal dengan serangan berita bohong atau hoax. Menurutnya, biasanya hoax muncul pasca terjadinya bencana. Bersama timnya, Sutopo sudah tahu bagaimana pola hoax tersebut bekerja.

"Kami sudah hafal betul itu. Saat terjadi bencana seperti gempa, gunung meletus atau tsunami,  berita  hoax muncul. Dan ini jelas merugikan pariwisata Indonesia," ujarnya.

Sutopo melanjutkan, asal berita-berita hoax itu tak lain dari pesaing-pesaing pariwisata Indonesia. Bencana yang terjadi di Indonesia mereka manfaatkkan sebagai kesempatan untuk menarik wisatawan agar beralih ke negara mereka. "Ini sudah saya cross check langsung dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Karena itu, klarifikasi soal hoax menjadi sesuatu yang bersifat segera untuk dilakukan," imbuh Sutopo.

Sementara itu Staff Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media Don Sardono menjelaskan, peran media sangat besar untuk menangkal pemberitaan yang merugikan. Benchmarknya tidak perlu jauh. Negara persaing seperti Thailand dan Malaysia telah melakukan itu. Salah satu kunci keberhasilan pariwisata mereka, karena kuatnya dukungan media dalam memberikan persepsi positif. Khususnya terhadap kejadian negatif yang dapat merugikan industri pariwisata mereka.

“Kalau ini bisa kita lakukan, pariwisata nasional akan cepat maju. Di sini dibutuhkan kepiawaian para jurnalis dalam membuat lead berita yang negatif  agar dapat memberikan persepsi positif ,” tandas Don Kardono.

Pariwisata sendiri diproyeksikan menjadi penyumbang devisa nomor satu di Indonesia. Untuk itu ekosistem pariwisata harus diupayakan tumbuh, hidup, dan berkembang dalam iklim yang aman, nyaman, dan kondusif. Sehingga memberi effort besar terhadap citra negara dan pencapaian target kinerja pariwisata.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred
SMSI   Pariwisata   Kemenpar   Jurnalisme   FGD   DIskusi   Hoax   Berita  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co