Klaim China di Laut Natuna adalah Kesalahan Besar, Ini Alasannya

07 Januari 2020 14:25

GenPI.co - Klaim China atau Tiongkok berdaulat di wilayah perairan Natuna merupakan kesalahan besar.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Laksamana Madya A. Taufiq.

BACA JUGA: Menhan Prabowo Santuy Banget, Tapi Lihatlah Skuadron F-16 Siaga 1

"Sesungguhnya kita berdaulat penuh dan hukum nasional dapat diberlakukan," tegas Laksdya Taufiq dalam pengarahannya saat memimpin apel besar seluruh personel Bakamla RI wilayah Jakarta di Aula Mabes Bakamla RI, Jakarta Pusat, Senin (6/1).

Taufiq menuturkan, Bakamla atau Indonesian Coast Guard mengemban tugas sebagai penjaga lautan Nusantara. 

BACA JUGA: Kasus Novel Baswedan: Kata Kompolnas Tidak Ada Jenderal Terlibat

Oleh karena itu, Taufiq pun mendorong seluruh personel Bakamla untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Laksdya Taufiq mengingatkan, agar cerdas dalam menyikapi situasi yang berada di Natuna. 

BACA JUGA: Menhan Prabowo Cool Banget, Tapi Lihatlah Strategi TNI di Natuna

Pada awalnya, dirinya menerapkan pola operasi bersifat kontinu, kemudian diubah dengan mengedepankan data intelijen preparation battle dan analisa dari Puskodal.

"Saya bangga dengan prajurit-prajurit saya yang saat ini sedang bertugas di Natuna. Dia tidak disiapkan untuk itu tetapi mampu melakukan tugas dengan baik," ungkapnya.

BACA JUGA: Semangat Anies Baswedan di Tengah Bencana Membuat Warga Terharu

Menurut Taufiq, kehadiran Bakamla RI sebagai institusi operasional dalam menghadapi situasi nasional, akan bekerja berdasarkan otoritas nasional yaitu Presiden. 

Pasalnya, Bakamla RI berada di bawah Presiden, maka operasi Bakamla RI selalu terukur dan menghindari miscalculation supaya tidak meningkat eskalasi.

BACA JUGA: Menhan Prabowo Ahli Strategi, Sikapnya Hadapi China Sudah Tepat

"Karena semangat dari aturan pelibatan Bakamla RI adalah pertama mencegah terjadinya konflik dan menghindari konflik itu terjadi. Kedua adalah hukum internasional yaitu UNCLOS 1982 dan ketiga adalah kebijakan nasional. Itulah elemen kekuatan yang kami gunakan untuk melindungi satuan sendiri maupun satuan lain." beber Taufiq.

Taufiq menjelaskan, bahwa sesuai dengan instruksi presiden terkait situasi di Natuna, dikatakan tidak ada kompromi dengan China tetapi melakukan tindakan terukur. 

BACA JUGA: Bak Bidadari Datangi Korban Banjir, Mulan Jameela Kelewat Cantik

Adapun tindakan Bakamla RI saat ini terhadap 50 kapal ikan China dan 2 China Coast guard, Kepala Bakamla secara tegas memerintahkan personelnya untuk mengusir mereka, karena mengklaim perairan Natuna.

Laksdya Taufiq juga menambahkan, bahwa kita harus mengetahui perilaku dari China. 

"Kenali dirimu, kenali musuhmu, seratus pertempuran seratus kemenangan. Jadi kita harus mengerti perilaku China. Pertama, kenapa China turun ke laut China Selatan karena mereka butuh sumber daya alam." ujarnya.

Kedua menurut Taufiq adalah keamanan, China adalah negara yang tidak pernah ekspansi tetapi difensif. 

Ketiga adalah masalah geopolitik, China mau mendominasi laut China Selatan karena laut Natuna adalah akses ke Samudera Hindia. 

Taufik menjelaskan karena alasan itu, China mau mendominasi jalur pelayaran tersebut baik secara niaga dan militer. 

Untuk mengamankan tersebut, makanya mereka membuat pangkalan-pangkalan di laut China Selatan di pulau buatan.

Keempat, terkait internal yaitu nine dash line. Oleh karena itu, apapun yang kita kerjakan di sana, China tidak akan mundur. 

Bakamla RI saat ini berada di depan karena area tersebut adalah area berdaulat yaitu lebih kepada penegakan hukum.

"Jadi biarlah Bakamla RI sebagai Indonesian Coast Guard menghadapi China Coast Guard tidak secara militer," katanya seperti dilansir Kasubbag Humas Bakamla RI Letkol Bakamla Mardiono.

Tindakan yang dilakukan China, kita imbangi dengan strategi yaitu dengan mengabaikan peraturan perikanan, kirim semua kapal besar ikan di Pantura ke Natuna dan Bakamla RI akan kawal sambil kita gaungkan bahwa China telah melanggar hukum internasional.

Lebih lanjut, dia mengatakan personel Bakamla RI harus memahami alasan Bakamla RI di depan dalam menangani Natuna. 

Pasalnya, ini bukan situasi perang dan pada saat kita melakukan suatu operasi walaupun operasi militer yang kita gunakan adalah asas legitimate yaitu tindakan hukum.

Laksdya Taufiq mengakhiri pengarahannya mengatakan karakter personel Bakamla RI adalah harus cerdas, berani dan punya keteguhan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co