Jet Tempur Rafale Prancis Gahar Banget, Ini Kata Menhan Prabowo

22 Januari 2020 03:46

GenPI.co - Seusai kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Prancis, santer terdengar bahwa Indonesia berencana membeli 48 jet tempur dan dua kapal perang korvet dari negeri menara Eiffel itu.

Jet tempur andalan Prancis bukanlah kaleng-kaleng, karena pesawat tempur dengan nama Dessault Rafale itu dirancang sebagai pesawat yang berpangkalan di daratan maupun di kapal induk.

BACA JUGA: 5 Kapal Fregat Terbaik di Dunia, Nomor 2 Dibeli Menhan Prabowo

Mengutip laman Dassault-Aviation, Dessault Rafale didesain bersayap delta dipadukan dengan kanard (aeronautika) aktif terintegrasi untuk memaksimalkan kemampuan manuver zero gravity atau G (+9 G atau -3 G) untuk kestabilan terbang.

BACA JUGAHonorer K2 Terus Berkurang, Kepala BKN: Ini Kesempatan Bagus...

Hebatnya lagi, Dessault Rafale (Squall) juga bisa bermanuver hingga 11 G dalam keadaan darurat, dengan laju kecepatan pendaratan hingga 115 knot.

Jet tempur Dessault Rafale disebut memiliki panjang 15 meter dengan tinggi 5 meter, serta memiliki kecepatan maksimal 2.130 km per jam.

BACA JUGA: Hore... Ini Dia Kabar Gembira untuk Honorer K2 Lulus PPPK 

Dessault Rafale dilengkapi sistem bantuan pertahanan terintegrasi bernama SPECTRA, yang bisa melindungi pesawat dari serangan udara maupun darat dengan teknologi siluman virtual berbasis perangkat lunak.

teknologi tersebut pernah ditunjukkan dalam sebuah pertempuran di Libya, di mana Rafale dapat melaksanakan misi secara independen untuk menghancurkan alat Pertahanan Udara Musuh (SEAD).

BACA JUGA: Erick Thohir Blak-blakan Puji Ahok: Realitas yang Terbaik

Rafale dapat menggunakan beberapa sistem sensor pasif. Sistem optik-listrik bagian-depan atau Optronique Secteur Frontal (OSF), dikembangkan oleh perusahaan Thales Group. 

Sistem perlindungan diri elektronik SPECTRA memberi pesawat ini kemampuan untuk bertahan melawan ancaman dari udara maupun daratan.

BACA JUGA: Prabowo Jadi King Maker? 2024 Usung Puan Maharani-Sandiaga Uno

Sementara itu, sistem radar juga dilengkapi RBE2 AA, berupa active electronically scanned array (AESA). Alat ini memiliki kemampuan mendeteksi musuh hingga 200 kilometer. 

Radar ini diklaim sangat andal dalam mendeteksi lawan dan mengurangi perawatan dibandingkan jenis sebelumnya.

BACA JUGABukan Sandiaga Uno, Ini 2 Tokoh yang Bisa Jadi Penerus Jokowi

Dessault Rafale dilengkapi dua unit mesin Snecma M88, mesin ini membuat pesawat mampu melesat hingga 1,8 mach atau 1.912 km per jam dengan ketinggian puncak, dan ketinggian rendah 1,1 mach atau 1.390 km per jam.

Untuk persenjataan, pesawat ini memiliki GIAT 30/719B cannon dengan 125 bulatan hingga rudal nuklir ASMP-A. 

BACA JUGA: Menhan Prabowo Respons Kunker Luar Negeri, Jawabannya Cool Banget

Mengutip Aircraftcompare, harga satu pesawat ini mencapai US$115 juta atau setara dengan Rp1,5 Triliun. 

Sejauh ini negara yang sudah membeli pesawat Rafale adalah India, Libya, Inggris, dan Swiss.

Dassault Rafale, yang disebut sebagai satu-satunya pesawat tempur yang bisa menghindari sistem rudal S-200 milik Libya itu, dinilai lebih bagus dari pesawat tempur milik empat negara Eropa (Inggris, Jerman, Italia, Spanyol) Eurofighter Thypoon.

Namun, ada beberapa kelemahan yang ada pada Rafale, salah satuya yaitu corong pengisian BBM (air refuelling probe) yang tidak dapat dilipat atau dimasukkan ke dalam body pesawat (non retractable probe). 

Corong BBM tersebut cukup mengganggu visual. Tentu saja corong tersebut mengganggu pandangan pilot di kokpit pesawat.

Non retractable probe yang terpasang tetap tersebut dapat menciptakan large blind spot pada cockpit view. 

Belum lagi ada anggapan non retractable probe akan menciptakan drag udara. 

Meski secara visual tampak cacat, tetapi desain Rafale lebih murah biaya perawatannya karena mudah bongkar pasang.

Sedangkan yang memakai moncong model retractable lebih mahal biaya perawatanya dan rawan macet. 

Prancis sendiri menerapkan desain ini pada semua tipe jet tempur garis depan seperti Rafale, Mirage 2000 dan Mirage F1, mengusung model non retractable probe.

Sementara itu, selepas menghadiri rapat di komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (20/1) sore, Prabowo hanya tertawa dan mengatakan bahwa pembelian puluhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) itu adalah keinginan Prancis.

"Itu mungkin keinginan Prancis, itu bisa saja itu," ucap Prabowo di depan wartawan sambil berjalan ke arah mobil.

Namun, Menhan Prabowo mengaku bahwa Indonesia perlu meningkatkan kapasitas pertahanan dengan salah satunya memodernisasi alutsista. 

Langkah itu, paparnya, diperlukan agar Indonesia memiliki kemampuan untuk menegakkan kedaulatan wilayah, terutama setelah insiden pelanggaran wilayah oleh puluhan kapal ikan China di Natuna baru-baru ini.

"Kita tidak bisa serta merta punya pertahanan kuat, tentunya pemerintah harus memikirkan ini. Soal pelanggaran wilayah, termasuk di Natuna baru-baru ini, harus menjadi perhatian seluruh pihak," jelas Menhan Prabowo.(*)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co