Wajib Tahu Avigan & Klorokuin Fosfat Usir Corona, Ini Detailnya

21 Maret 2020 19:27

GenPI.co - Presiden Joko Widodo mengemukakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyembuhkan pasien virus corona adalah dengan mengadakan dua jenis obat, yaitu Avigan dan Klorokuin Fosfat.

Dua obat tersebut di sejumlah negara, terbukti bisa mengobati pasien virus corona (covid-19).

"Antivirus sampai sekarang belum ditemukan dan ini yang saya sampaikan itu tadi obat. Obat ini sudah dicoba oleh 1, 2, 3 negara dan memberikan kesembuhan yaitu Avigan, kita telah mendatangkan 5.000 dan dalam proses pemesanan 2 juta," kata Presiden Jokowi, Jumat (20/3/2020).

BACA JUGA: Atasi Corona: Rapid Test Dilakukan, Obat Mujarab Siap Didatangkan

Selain itu, juga sudah siap tiga juta Klorokuin Fosfat ,yang sebelumnya sudah digunakan oleh 10 rumah sakit di China untuk mengobati pasien virus corona.

Berikut detail dua jenis obat tersebut:

Avigan

Dikenal merupakan obat antivirus Ebola

Koordinator peneliti pada Center for Drug Discovery and Development di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Masteria Yonavilsa Putra, mengatakan Avigan mengandung senyawa favipiravir. Yaitu  antivirus yang pernah digunakan saat terjadi outbreak virus Ebola.

Avigan merupakan obat buatan industri farmasi Jepang, dan telah diproduksi sejak 2014.

Masteria mengakui belum pernah membaca literatur review avigan yang menyebutkannya untuk mengobati virus corona.

“Tapi dirilis berita Jepang, dipakai untuk uji klinis penyembuhan corona,” kata Masteria.

Laporan ilmiah dalam Disaster Medicine and Public Health Preparedness yang dipublikasi secara daring oleh Cambridge University Press pada Desember 2014, volume 9 issue 1, berjudul Favipiravir: A New Medication for the Ebola Virus Disease Pandemic milik Takashi Nagata, Alan K Lefor, Manabu Hasegawa dan Masami Ishii, memang disebutkan favipiravir adalah obat antivirus baru yang dapat digunakan dalam munculnya pandemi virus seperti virus Ebola, virus pandemi influenza H1N1 2009, demam lassa, dan demam berdarah Argentina.

BACA JUGA: Jokowi Pesan 3 Juta Obat Avigan dan Klorokuin untuk Pasien Corona

Selanjutnya, laporan ilmiah tersebut juga menyebutkan, meskipun favipiravir adalah salah satu pilihan untuk pengobatan pasien dengan virus Ebola, tapi ada sejumlah kekhawatiran.

Hal ini mengingat uji klinis favipiravir pada pasien yang terinfeksi virus Ebola belum dilakukan. Kedua, favipiravir memiliki risiko teratogenisitas dan embriotoksisitas.

Oleh karena itu, Departemen Kesehatan, Kesejahteraan dan Perburuhan Jepang, telah menyetujui obat ini dalam peraturan ketat, baik produksi dan penggunaan klinisnya.

Namun, karena terjadi epidemi virus Ebola yang muncul di Afrika Barat, pada 15 Agustus 2014, Menteri Kesehatan, Kesejahteraan dan Tenaga Kerja Jepang ketika itu, menyetujui penggunaan favipiravir jika diperlukan.

“Data terbarunya saya belum tahu apakah sudah approval, tapi dari yang dirilis di Jepang dan China itu sudah digunakan mereka untuk terapi penyembuhan corona,” kata Masteria.

Klorokuin Fosfat

Adalah jenis obat antimalaria.

Dikemukakan Masteria, salah satu senyawa yang ada dalam kina adalah klorokuin.

Bagaimana dengan pasien virus corona?

“Sebagai herbal mungkin bisa,” ujar Masteria.

Dalam laporan ilmiah International Journal of Antimicrobial Agents yang dipublikasi oleh Elsevier B V pada Maret 2020, volume 55 issue 3, berjudul Chloroquine for the 2019 novel coronavirus SARS-CoV-2 milik Philippe Colson, Jean-Marc Rolain dan Didier Raoul menyebutkan dalam episode terbaru dari virus corona tipe baru SARS-CoV-2, mereka menemukan contoh spektakuler dari kemungkinan reposisi obat, terutama Klorokuin.

Sebenarnya, 20 tahun yang lalu juga telah diusulkan untuk menguji Klorokuin secara sistematis pada infeksi virus. Karena telah terbukti efektif secara in vitro terhadap beragam virus.

Obat Klorokuin memiliki beberapa aktivitas, salah satunya adalah alkali fagolisosom yang menghambat replikasi virus tergantung pH rendah, termasuk fusi dan uncoating.

Mekanisme lain dari aktivitas antivirus memang tidak dijelaskan dengan baik.

Pada saat epidemi virus corona akut yang berhubungan dengan SARS pada 2003, beberapa molekul diuji untuk menilai efektivitasnya terhadap virus itu.

Virus corona dengan kecepatan penyebaran yang mengejutkan, dievaluasi berkenaan dengan kepekaannya terhadap obat yang sudah digunakan.

Dinyatakan, obat antivirus baru remdesivir serta klorokuin, pada EC50 1,1 μM, terbukti efektif dalam mencegah replikasi virus itu.

Klorokuin mungkin merupakan salah satu obat yang paling diresepkan di dunia. 

Faktanya, semua orang Eropa yang mengunjungi daerah geografis endemi malaria selama beberapa dekade menangkalnya dengan Klorokuin.

Sulit menemukan produk yang saat ini memiliki profil keamanan yang lebih baik daripada klorokuin. 

Masteria menjelaskan saat ini belum ada satu obat untuk mengatasi virus corona yang disebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Sehingga upaya terapi obat yang digunakan memang berdasarkan obat-obat yang sudah ada di pasaran.

Terapi obat yang dilakukan antara lain menggunakan Avigan dan Klorokuin Fosfat.

Ia mengatakan dalam uji klinis yang diberitakan di Jepang dan China, memang menyebutkan hasil yang positif.

Jika Avigan dan Klorokuin Fosfat akan digunakan untuk pasien covid-19 di Indonesia, Masteria meyakini Kementerian Kesehatan sudah memiliki data lengkapnya. (*/ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co