GenPI.co - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi telah diterapkan di DKI Jakarta. Padahal laju penularan virus corona belum sepenuhnya berhenti di Ibu Kota.
Sejak diterapkan mulai 5 Juni lalu, menurut Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono, bahwa pembukaan kembali sektor perekonomian dan area publik berpotensi membuat penularan virus corona kembali melonjak.
BACA JUGA: Awas! Dampak Buruk Makan Kerupuk Ternyata Sangat Mengerikan
Selain itu, Pandu juga melihat ada potensi kemunculan klaster-klaster baru dan menilai saat ini belum waktunya sektor perekonomian dan area publik kembali dibuka.
Pemprov DKI Jakarta juga membuka kembali tempat ibadah, tempat kerja dan tempat usaha, meliputi perkantoran, rumah makan, perindustrian, pergudangan, pertokoan, retail, showroom (mandiri), serta layanan pendukung, seperti fotokopi hingga bengkel.
Sementara itu, mal atau pusat perbelanjaan dan pasar nonpangan kembali dibuka mulai 15 Juni, sedangkan taman rekreasi indoor dan outdoor, serta kebun binatang dibuka mulai 20 Juni.
BACA JUGA: Hobi Pangeran Brunei Bikin Wanita Lemas
Pembukaan kembali aktivitas tersebut sangat berpotensi memunculkan klaster baru dengan alasan tempat yang dibuka kembali merupakan titik keramaian masyarakat.
Pemprov DKI Jakarta juga paham bahwa virus corona mudah menyebar luas di kerumunan orang.
Bahkan, PD Pasar Jaya menyebutkan pasar tradisional menjadi klaster baru penularan virus corona di DKI Jakarta.
BACA JUGA: Terlahir Genius, 6 Zodiak Ini Akan Menjadi Pemimpin Hebat
Dirut Pasar Jaya, Arief Nasruddin mencatat sudah ada 19 pasar ditutup selama tiga hari setelah diketahui 51 pedagangnya positif corona.
Pandu juga menilai kondisi Jakarta saat ini belum tepat untuk menerapkan pelonggaran bagi kegiatan ekonomi dan sosial. Sebab, angka penyebaran virus corona di DKI Jakarta masih relatif tinggi.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News