Cerita Horor: Hantu Wanita di Toilet Kantorku

24 Juli 2020 08:50

GenPI.co - Namaku Nova. Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam industri media online. Bekerja di bidang ini memang kerap tak mengenal waktu. 

Tidak jarang aku harus bekerja hingga lewat hari. Mengeluh? tidak, karena nyatanya aku memang menyukai jam kerja yang cukup berantakan.

BACA JUGA: Jika Seorang Pria Melakukan Ini, Dia Sangat Mencintaimu

Seperti biasa aku menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan. Seperti hari-hari biasanya, mulai siang hingga sore hari aku harus pergi liputan. 

Setelah itu kembali ke kantor untuk mengolah semua materi menjadi naskah agar dapat segera di edit oleh editorku.

Walau bekerja di kantor, aku tidak bisa bekerja dengan suasana ramai. Hal ini membuat diriku kerap mencari tempat sepi agar dapat berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan dengan cepat. 

BACA JUGA: Terlahir Istimewa, 4 Zodiak Terbiasa Bereskan Masalah Sendirian

Hari ini sama seperti malam-malam biasanya, aku mengerjakan semua pekerjaan hingga larut malam. Bahkan hanya tersisa diriku seorang diri di ruangan.

Merasakan sepi di kantor membuat aku cukup senang, karena tidak banyak gangguan lagi yang terdengar. Di ruangan tengah kerjaku hanya terdengar suara detik jam yang terus berputar, dan sesekali suara galon air yang mengeluarkan bunyi.

Malam itu waktu telah menunjukan pukul 02.00 WIB. Rasa haus pun terasa karena aku sibuk terus mengerjakan naskah tanpa minum sedikit pun. 

Aku mengisi gelas kosongku dan berjalan ke galon yang berada di pojok ruangan. Sambil mengisi air aku bersenandung pelan dan menunggu gelas penuh. Setelah itu aku kembali ke mejaku.

BACA JUGA3 Zodiak Paling Pintar, Ternyata Ini Rahasianya

Ruangan kerjaku memang terasa lebih hangat bila sudah lewat pukul 17.00 WIB. Sebab, AC central sudah dimatikan. Namun, malam ini terasa berbeda, entah kondisi tubuhku yang sedang menurun atau bagaimana tapi aku merasa kedinginan malam itu.

Sambil terus berusaha konsentrasi, aku terus mengerjakan naskahku. Hingga akhirnya bulu kudukku terangkat semua, rasanya sudah tak tertahankan lagi, karena terlalu banyak minum aku rasanya ingin buang air kecil. 

Aku meninggalkan ruangan dan pergi ke toilet.

Lorong di luar ruangan kerjaku sudah dimatikan penerangannya, sehingga tampak gelap. 

Walau begitu hal tersebut tidak terlalu menganggu, karena posisi toilet tidak terlalu jauh, tepat berada di depan sebelah kanan ruanganku.

Aku pergi ke kamar mandi paling pojok, sebab jendela yang terbuka dari tirai membuat aku dapat menikmati indahnya lampu kota pada malam hari. 
Beberapa detik hanyut dalam lamunan saat duduk pada closet tiba-tiba terdengar suara pintu toilet tertutup, seperti baru saja ada orang yang masuk.

Mendengar hal tersebut, aku berusaha untuk tetap tenang dan memastikan bahwa hanya aku seorang yang berada di lantai 7. Aku pun terdiam, berusaha memasang telingaku untuk mendengar apakah ada suara aneh lainnya. Namun, tidak terjadi apa-apa.

Mengetahui hal tersebut, perasaanku mulai tenang. Aku segera flush toilet dan keluar. Kembali pada perasaan tenang, aku mencuci tanganku, bersenandung, sambil asyik melihat paras wajahku di cermin. 

Secara tiba-tiba sebuah pel lantai terjatuh tepat berada di belakangku. Aku refleks melihatnya ke belakang dengan cepat.

Tanpa angin atau pun bersenggolan denganku pel tersebut jatuh. Aku terkejut, tetapi belum berusaha memperbaiki posisinya karena tanganku masih dipenuhi dengan sabun. 

Setelah mencuci tangan, aku ingin memperbaiki posisi pel tersebut agar kembali berdiri. 

Saat aku menundukan badanku untuk mengambil, aku melihat dengan ujung mataku, kaki seseorang wanita tanpa alas berada di kamar mandi sebelah seperti sedang duduk di closet.

Melihat hal tersebut sambil secara cepat memperbaiki posisi pel membuat aku terkejut, padahal ruangan tersebut jelas terbuka tanpa ada seorang pun. 

Berusaha menenangkan diri, dan kembali memasang telinga untuk memastikan adakah orang lain di tempat ini. Aku terdiam sejenak.

Memalingkan mata dari closet tanpa seorang pun ada di situ, aku kembali melihat cermin. Bulu kudukku kembali berdiri, mataku tidak bisa berpaling lagi ke mana pun, tubuhku kaku dan tak bisa bergerak, bahkan mendadak suaraku pun tak keluar ketika berniat ingin berteriak.

Ada sosok wanita dengan wajah yang pucat, berambut panjang, dan menggunakan baju kemeja rapih seperti orang kantoran pada umumnya. 

Namun, dari bola matanya ia mengeluarkan air mata darah. Aku melihatnya dari pantulan cermin, seakan sedang berbisik padaku dan memegang pundakku erat.

"Kamu tidak pernah sendirian," ucap wanita berwajah pucat dan tak menapakkan kaki ke tanah tersebut padaku.  

Malam tersebut berlalu, hari itu aku memutuskan untuk tidak pernah ke toilet sendirian. Karena aku takut untuk ditemani wanita tersebut.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co