Menilik Museum Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI

17 Agustus 2020 17:30

GenPI.co - Tepat satu hari sebelum kemerdekaan, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta melakukan persiapan perumusan naskah prolamasi di sebuah rumah bangunan Belanda. 

Saat ini rumah tersebut tetap berdiri kokoh di kawasan jalan Imam Bonjol no 1, Jakarta Pusat. 

Bangunan 2 lantai bergaya Eropa (Art Deco) ini didirikan sekitar tahun 1920 oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg. Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi itu dimiliki oleh asuransi Jiwa Sraya. 

Namun ketika masa pemerintahan Jepang di Indonesia, gedung itu menjadi kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang.

“Ketika era Jepang, Laksamana Maeda hanya menempati gedung ini, jadi dia hanya menempati bukan rumahnya. Ditempati selama 3 tahun selama penjajahan jepang. Lalu saat masa penjajahan selesai, dia pulang ke Jepang,” ungkap Widyawati, edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) saat berbincang dengan GenPI.co.

Pascakemerdekaan, gedung diserahkan ke Departemen Keuangan dan dikelola oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya. Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi pernah dikontrak oleh Kedutaan Inggris pada 1961 hingga 1981. 

Kemudian, pada 1982 gedung ini digunakan sebagai kantor Perpustakan Nasional. Barulah pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto menginstruksikan Direktorat Permuseuman agar gedung ini difungsikan sebagai museum yang dikenal seperti sekarang ini.

1. Ruang 1 Pertemuan

Masuk ke bagian lantai 1 museum, pengunjung akan diarahkan ke ruang pertama yang terletak dibagian sisi kiri.

Hawa sejuk langsung terasa kala memasuki ruangan ini. Arsitektur gaya artdeco juga kental pada setiap sudut berikut dengan furniture. 

Pada bagian muka sisi kiri, diletakkan meja dan kursi tamu tempat Maeda menerima Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, setibanya mereka dari Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB.

“Gedung ini merupakan bangunan cagar budaya dimana kita harus mempertahankan keaslianya. Hanya saja kita tetap melakukan perawatan seperti pengecatan dan menjaganya agar tetap bersih dan lestari,” ujar Widyawati.

BACA JUGA: Naskah Asli Proklamasi Akan Ditampilkan di Istana Merdeka

2. Ruang 2 Perumusan
 
Selanjutnya, pengunjung akan dibawa di ruang perumusan. Di ruangan ini, ketiganya, tidak termasuk Maeda, mempersiapkan perumusan naskah Proklamasi. Di sebelah ruang pertemuan ada meja makan tempat dirumuskannya naskah Proklamasi. 

“Pada 17 Agustus 1945, dini hari pukul 03.00 wib, Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini untuk merumuskan konsep naskah Proklamasi,” ucap Widyawati.

Ada tiga patung lilin tiruan sosok Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo tengah berembuk merumuskan naskah Proklamasi.

Saat ini di ruangan tersebut ada replika naskah Proklamasi tulisan Soekarno dalam ukuran jumbo, yang dibingkai kaca tebal dan dipajang di dinding.

BACA JUGA: Napak Tilas Gedung Joang 45, Saksi Bisu Perjuangan Pemuda Menteng

3. Ruang 3 Pengetikan

Setelah melalui persetujuan dari para tokoh yang hadir kala itu, Ir. Soekarno memninta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi.

Sayuti mengetik naskah proklamasi di ruang bawah tangga ditemani oleh B.M Diah.

“Sejak gedung ini  diserahkan ke Kemendikbud kita selaku pengelola museum tidak melakukan perubahan terhadap gedung ini, karena bangunannya cagar budaya dimana kita harus mempertahankan keaslianya, namun untuk koleksinya memang semua kita isi sendiri termasuk meja kursi dan lain sebagainya,” ujar Widyawati.

BACA JUGA

4. Ruang 4 Pengesahan

Ruang ini merupakan tempat disetujuinya konsep naskah proklamasi oleh seluruh hadirin yang datang (sekitar 40 hingga 50 orang). 

Ditempat ini pula disahkannya naskah proklamasi yang ditandatangi oleh Ir. Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. 

Peristiwa ini berlangsung menjelang Subuh, Jumat 17 Agustus 1945 bertepatan pada bulan suci Ramadhan.

Selain Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, didalam pertemuan ini ada pula Mohammad Amir, Boentaran Martoatmodjo, I Goesti Ketut Poedja, A Abbas, Iwa Koesoema Soemantri, Johanes Latuharhary, serta Samaun Bakry.

Selain itu pengunjung bisa melihat sejarah dan peran dari Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara, Oto Iskandar Dinata, Radjiman Wediodiningrat, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Soepomo, Soekarjo Wirjopranoto, hingga GSSJ Ratulangi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co