Mengenal Happy Hypoxia pada Covid-19

17 September 2020 01:50

GenPI.co - Dokter spesialis paru dr. Erlina Burhan memberikan penjelasan terkait happy hypoxia.  Diketahui istilah tersebut berkembang saat pandemi Covid-19. 

"Happy hypoxia itu terjadi karena ada kejadian hypoxia, yaitu kurangnya oksigen dalam darah. Mestinya kalau kurang oksigen dalam darah, maka orang akan sesak dan ada gejalanya, tapi ini tidak terjadi pada beberapa pasien Covid-19," kata Erlina dalam diskusi virtual di Graha BNPB, Rabu (16/9).

BACA JUGA: Terawan: 3.500 Dokter Magang Siap Terjun Perangi Covid-19

Erlina kemudian menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Masalahnya ternyata ada di paru-paru orang yang merasakan happy hypoxia. 

"Kenapa? Karena diketahui pada kondisi terjadi kerusakan pada saraf yang mengantarkan sensor sesak ke otak. Sehingga otak tidak memberikan respons, jadi otak tidak mengetahui kondisi kurang oksigen dalam darah. Normalnya kalau terjadi kekurangan oksigen biasanya akan ada sinyal ke otak, bahwa tubuh kekurangan oksigen," urai Erlina.

"Otak kemudian memerintahkan ke tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Dengan cara bernapas cepat, sehingga akan terlihat sesak," sambungnya

Erlina kemudian menceritakan awal ditemukannya pasien Covid-19 dengan happy hypoxia. Menurutnya peristiwa ini terjadi sudah lama, yakni pada bulan  April sampai Mei.

"Dulu namanya silent hypoxia. Ada kasus terjadi terhadap seseorang usia 60 tahun laki-laki yang bergejala Covid-19 dan lama kelamaan batuk makin parah dan tubuh makin lemas. Namun anehnya pasien ini tidak sesak," jelasnya.

Bahkan, pasien masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari, masih bisa mandi, makan, menonton TV, tersenyum dan menelepon. Namun, happy hypoxia bisa makin terlihat saat pasien melakukan aktivitas berat seperti olahraga.

"Oleh keluarga karena khawatir melihat pasien makin lemas, diteleponlah rumah sakit.  Petugas datang, dan melihat pasien tambah lemas, diperiksa dadanya, terasa adanya kelainan. Kemudian dokter mengatakan harus segera dibawa ke rumah sakit," katanya. 

BACA JUGA: Kabar Gembira, Kasus Aktif COVID-19 di Berbagai Daerah Menurun

Setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata saturasi oksigen pasien hanya sekitar 60 persen. Sangat rendah dibandingkan orang normal, yakni 95 sampai 100 persen. 

Lebih lanjut, Erlina meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala  Covid-19. Misalnya seperti batuk yang menetap lama dan intensitasnya makin tinggi.

"Gejala Covid-19 ini sangat bervariasi, ada yang hanya kehilangan penciuman, pusing, tetapi kalau gejalanya makin bertambah, apalagi batuk, dan batuknya menetap, terus-terusan, ini kelainan di paru-parunya sudah cukup luah, ini salah satu gejala yang harus kita waspadai, " jelasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co