Pokdarwis Tulang Punggung Kreativitas dan Manajemen Desa Wisata

28 Februari 2019 12:50

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) diharapkan memiliki visi dalam menciptakan produk wisata yang unik berbasis kearifan lokal. Selain itu, mereka juga harus dapat melibatkan warga sekitar sebagai wujud permbedayaan ekonomi untuk kesejahteraan warga.

Hal itu disampaikan motivator sekaligus dosen UKSW Salatiga Eko Suseno Matrutty saat memberikan paparan dalam rintisan desa wisata Kelurahan Mangunharjo, Tembalang, Semarang, Rabu (27/2). Menurutnya, kreativitas dan keunikan akan menjadi pembeda agar wisatawan mau berkunjung ke desa wisata.

“Pokdarwis harus lebih dulu memetakan potensi dan usaha-usaha yang menunjang kepariwisataan,” terangnya.

Baca juga: Desa Wisata Bisa Meningkatkan kesejahteraan Warga 

Keberadaan daya tarik wisata, cinderamata, kuliner hingga guide menjadi syarat mutlak menuju rintisan desa wisata. Daya tarik wisata dapat diartikan sebagai potensi keindahan alam, budaya atau kehidupan sosial masyarakat setempat.

Selain itu, perlu dipertimbangkan pula keberadaan homestay, akses transportasi, foto, keamanan hingga kebersihan toilet. Meskipun untuk homestay, Eko berharap warga tidak terburu-buru membuatnya jika memang belum menyiapkan paket-paket wisata yang komplit.

“Homestay itu kan artinya wisatawannya harus menginap. Artinya pula, paket yang dijual juga harus sehri semalam, nah selama waktu itu wisatawan mau diajak apa dan bagaimana, masak ya cuma tiduran di homestay?” sergahnya bercanda.

Ia juga mengharapkan, Pokdarwis mampu menghadirkan keunggulan komparatif dan kompetitif. Dengan demikian, mereka akan terus memunculkan produk dan jasa kreatif mengingat pertumbuhan desa wisata dewasa ini cukup menjamur.

Terkait dengan penyusunan paket wisata, Eko menegaskan jika rencana kegiatan wisata ini harus disusun secara tetap dengan harga tertentu. Ada baiknya mencakup transportasi, oleh-oleh hingga cinderamata yang dapat dibawa pulang pengunjung.

“Paket-paket wisata ini dapat diubah-ubah atau tetap, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Tapi yang ikonik dan bisa jadi penanda, ya jangan diubah agar wisatawan merasa bangga jadi monument pernah berkunjung ke sini,” tandasnya.

Kepala Disbudpar Kota Semarang Indriyasari didampingi Kabid Kelembagaan Giarso Sapto P menjelaskan saat ini di Semarang sudah ada delapan desa wisata yang disahkan dengan SK Walikota. Selain itu juga ada 43 Pokdarwis yang disahkan dengan SK Kadisbudpar.

Diakui, kehadiran rintisan desa wisata hadir dari keberadaan kampong-kampung tematik yang sudah tumbuh di 166 kelurahan di Kota Semarang. Dari keberadaan mereka, diharapkan tumbuh dan muncul Pokdarwis yang akan menjadi tulang punggung kelahiran desa wisata.

“Khusus untuk Mangunharjo ini, potensi lokal yang bisa dikembangkan adalah budaya batik, lumpia serta sentra UMKM pembuatan peci. Tentu akan terus kami support agar mereka juga siap lahir menjadi desa wisata,” tandasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co