Nadiem Putuskan Sekolah Tatap Muka Tahun 2021, Alasannya....

22 November 2020 20:15

GenPI.co - Kebijakan sekolah daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan respons Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam menghadapi pandemi di lingkungan akademik.

Kebijakan ini mendapat sorotan dari berbagai pihak, terutama terkait pelaksanaan di daerah terpencil dan efek jangka panjang yang akan terjadi.

BACA JUGA: Kesulitan Anak dalam Menjalankan Sekolah Online, Alasannya...

Mantan CEO Gojek ini kemudian melakukan evaluasi dan menemukan kesalahan di kebijakan yang dia ambil.

Nadiem mengatakan ada beberapa dampak negatif yang bisa terjadi pada anak, jika terlalu lama di rumah dan melakukan pembelajaran jarak jauh.

“Semakin lama pembelajaran tatap muka tidak terjadi, maka semakin besar dampak negatif yang terjadi pada anak,” ujar Nadiem melalui Channel YouTube Kemendikbud pada Jumat (20/11).

Dari evaluasi tersebut, Nadiem menemukan ada tiga efek negatif yang terjadi saat pembelajaran jarak jauh diterapkan.

BACA JUGA: Waspada! Bahaya Konten Pornografi di Soal Sekolah Daring

Menurut Nadiem pembelajaran jarak jauh telah meningkatkan risiko putus sekolah lebih tinggi. 

Ini terjadi karena tak sedikit anak-anak sekolah yang terpaksa harus bekerja demi membantu keuangan keluarga.

Hal itu semakin diperparah lantaran banyak orang tua yang tidak menganggap sekolah daring sebagai sesuatu yang penting.

“Orangtua tidak bisa melihat peranan penting sekolah daring, ini menimbulkan banyak orang tua skeptis dengan PJJ,” jelas Nadiem.

Perbedaan akses teknologi dan kualitas pembelajaran di berbagai daerah juga menciptakan jurang kesenjangan yang berakibat buruk pada kualitas pendidikan.

Risiko tersebut membuat kerugian yang luar biasa, baik itu dalam hal kemampuan kognitif maupun perkembangan karakter anak.

“Di daerah yang sulit PJJ,  kesenjangan pencapaian pembelajaran semakin melebar dan tentunya (kesenjangan) pertumbuhan anak-anak menjadi semakin besar,” kata Nadiem.

Risiko anak sekolah mengalami stres lebih tinggi. Hal itu karena minimnya interaksi antara anak dengan guru dan teman sebayanya.

Hasil evaluasi tersebut kemudian ditindaklanjuti Nadiem Makarim dan tiga menteri lain, yakni Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dengan memperbolehkan sekolah tatap muka mulai Januari tahun depan.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co