Waspada! Migrain yang Tak Diobati Bisa Picu Kondisi Disabilitas

11 Desember 2020 13:10

GenPI.co - Pernahkah Anda mengalami sakit kepala di satu titik? Kondisi yang disebut dengan migrain ini sering dialami oleh orang dalam usia produktif, tak terkecuali pada masa pubertas.

Riset Pescado Ruschel and De Jesus pada 2020 mengatakan bahwa migrain adah penyebab kondisi disabilitas tertinggi kedua di dunia. Riset tersebut juga menyebutkan prevalensi migrain secara keseluruhan mencapai 12 persen dari total populasi.

BACA JUGAMengenal 4 Penyandang Disabilitas yang Mampu Meraih Kesuksesan

Menurut Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Permata Cibubur Irawati Hawari, migrain merupakan salah satu bentuk nyeri kepala primer dan dirasakan pada satu sisi kepala saja. 

Jenis sakit kepala yang satu ini berintensitas sedang hingga berat. Terkadang penyakit memiliki efek berdenyut pada kepala dan dapat memburuk akibat aktivitas fisik.

"Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti dari migrain," kata Irawati Hawari dalam keterangan tertulis Johnson and Johnson, Sabtu (5/12).

Beberapa faktor yang menjadi pemicu migrain antara lain ialah stres, makanan atau minuman tertentu, makan tidak teratur, kurang atau kelebihan tidur, aktivitas fisik atau olahraga yang berlebihan, hingga cuaca panas.

Menurut Irawati, perempuan sering kali merasakan migrain ini karena perubahan hormon, terutama saat menstruasi, ovulasi, dan kehamilan.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan bahwa migrain terbagi menjadi dua. Pertama yaitu migrain episodik, migrain ini terjadi kurang dari 15 hari per bulan. Kedua adalah migrain kronis, migrain ini sering terjadi lebih dari 15 hari per bulan.

Berdasarkan data WHO pada 2013, migrain kronis mempengaruhi satu dari tiga orang di dunia. Sedangkan 17 persen orang pernah mengalami migrain episodik.

Migrain kronis merupakan salah satu pemicu terjadinya kelumpuhan yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi disabilitas pada tingkat lanjut. Migrain kronis umumnya terkait stres atau masalah muskuloskeletal (otot dan saraf) di leher.

BACA JUGA3 Cara Mengajarkan Anak Disabilitas Ganda

Ada dua cara untuk mengatasi migrain ini, yakni melalui tata laksana farmakologis dan non-farmakologis. Metode farmakologis dapat dilakukan dengan terapi abortif atau akut dan terapi profilaksis. Sementara metode non-farmakologis dengan mengubah gaya hidup.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co