HPN 2021: Literasi Media Penting agar Hasilkan Konten Berkualitas

06 Februari 2021 20:29

GenPI.co - Kepala Jakarta Smart City Yudhistira Nugraha menjelaskan, literasi merupakan hal yang sangat penting pada era digital, terutama bagi media.

Menurut Nugraha, literasi media ialah upaya memecahkan berbagai persoalan.

BACA JUGA: Dewan Pers Minta Pemerintah Bentuk Regulasi Bagi Media Sosial 

“Literasi media diperlukan agar tidakan lebih akurat terukur dengan penggunaaan skala yang tepat," kata Nugraha dalam workshop Literasi Digital yang digelar untuk memperingati Hari Pers Nasional 2021 di Candi Bentar Ancol, Jakarta, Sabtu (6/2).

Kemampuan literasi juga sangat diperlukan pada era konvergensi media. Menghasilkan konten yang aktual, kredibel dan tidak melanggar hukum hanya bisa diproduksi jika seseorang memiliki kemampuan literasi media yang baik.

Sementara itu, mantan Pemred SCTV dan Indosiar Nurjaman Mochtar mengaku sudah meramalkan terjadinya konvergensi medià sejak sepuluh tahun lalu.

Namun, kata Nurjaman, konvergensi media datang lebih cepat. Salah satu penyebabnya ialah pandemi virus corona (covid-19).

“Dengan covid-19, semuanya telah terjadi begitu cepat. Semua terjadi dengan cepatnya," ujar Nurjaman.

Dia menambahkan, konvergensi media mencakup tiga hal. Salah satunya ialah cara menghasilkan konten.

Kedua, persebaran konten. Ketiga, real community dan digital community.

Sementara itu, Editor in Chief Majalah Tempo Wahyu Diatmika mengajak masyarakat beradaptasi dengan kondisi di tengah pandemi.

Dia menjelaskan, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) sudah melakukan riset tentang persoalan yang dihadapi Indonesia.

Wahyu berharap hasil riset bisa dipublikasikan dalam 2-3 tahun ke depan.

Dia tidak memungkiri bahwa saat ini banyak masyarakat yang mengalami miss-informasi akibat kurangnya literasi.

"Kadang yang menyebarkan tidak tahu apakah konten yang disebarkan adalah tidak layak. Ada jugà yang menyebarkannya dengan sengaja," ujar mantan wakil ketua AMSI itu.

Menurut dia, motif penyebaran konten itu bermacam-macam. Misalnya, politik, propaganda, dan jurnalisme yang buruk.

"Ini semua menimbulkan miss communication," ujarnya.

Wahyu menjelaskan, cara mengetahui kebenaran informasi publik bisa dilakukan dengan mudah.

“Yang harus dilakukan adalah terkonfirmasinya beberapa pertanyaan, apa, mengapa, siapa, di mana, kapan dan bagaimana sebuah objek itubterjadi," kata Wahyu.

Sementara itu, Founder Channel Kok Bisa Ketut Yoga berbagi tentang pendirian platform-nya dan cara menggunakan medsos dengan baik.

BACA JUGA: Dewan Pers: Media Sosial Bukan Produk Jurnalistik

Menurut Yudhistira, mengelola konten media membutuhkan aktualisasi data dan kemampuan literasi yang menarik.

"Kami di Kok Bisa banyak produksi konten edukasi," ujar Yudhistira. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co