Keren! Maharaja Sriwijaya Berkorespondensi Sejak 1300 Tahun Lalu

26 April 2019 07:12

Genpi.co— Siapa yang mengira jika bila lebih dari seribu tahun yang lalu, Kerajaan Sriwijaya sudah bersurat-suratan dengan penguasa Timur Tengah. 

Bukti itu terdapat dalam dua naskah kuno dari abad ketujuh dan kesembilan, yang dikuak sejarawan Arab.

Baca juga: Bekas Gereja, Kini Tersimpan Koleksi Wayang

Berikut fakta korespondensi yang dilakukan Maharaja Sriwijaya yang dikuak sejarawan Arab:

Muawiyah, Bertahta 661-680 Masehi 

Muawiyah adalah sahabat Rasulullah SAW dan tidak menjadi pendiri kekhalifahan Umayah. Dia menempati tahta pada tahun 661 masehi dan berkuasa sampai tahun 680 masehi. Pada masa dia berkuasa, surat pertama dari Maharaja Sriwijaya tiba. 

Ahli sejarah bangsa Arab al-Jahiz yang hidup antara tahun 783 sampai 869 masehi. Salah satu karyanya adalah kitab Al-Hayawan dimana dia menulis naskah yang panjang mengenai hewan yang mengagumkan bagi orang pada masa itu, gajah. 

Salah satu tulisannya mengabarkan bahwa Muawiyah pernah menerima surat dari Raja Sin. 

“Dari Raja Sin, yang dalam pemeliharaannya terdapat ribuan gajah, yang istananya dibangun dari bata emas dan perak, yang dilayani oleh ribuan putri raja, dan yang memiliki dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, kepada Muawiyah...”

Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz adalah Khalifah muda dari dinasti Umayah yang bertahta tahun 717 – 720 masehi. Usianya pada saat itu adalah 34 tahun. 

Pada masa dia berkuasa, surat kedua dari Maharaja Sriwijaya datang. Kali ini dengan maksud yang lebih jelas. 

Cendekiawan muslim asal Spanyol Ibn Abdul Rabih (860-940) melestarikan surat ini dalam bukunya al-Iqd al-Farid. surat itu terdapat dalam bab surat-surat kerajaan dan berbunyi 

“Dari maharaja yang adalah keturunan dari ribuan raja, yang istrinya juga keturunan dari ribuan raja, yang dalam pemeliharaannya ada ribuan gajah, yang dalam wilayahnya ada dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah-rempah, pala, dan kamfer yang wanginya menyebar sejauh 19 kilometer, kepada raja Arab, yang tidak memiliki tuhan selain Allah. Aku mengirim kepadamu hadiah, yang tidak banyak tapi hanya sekedar salam perkenalan dan aku harap anda mau mengirimkan kepadaku seseorang yang bisa mengajari aku tentang Islam. Damai!”

Sejarawan masyhur dari Pakistan S. Q. Fatimi menyatakan bahwa al-Sin merujuk kepada kepulauan India, dan bukan kepada anak benua India yang disebut al-Hind. 

Ini karena anak benua India telah akrab dengan pelaut Arab, yang telah lama berdagang menyusuri Teluk Persia sampai pantai barat anak benua India. 

Sementara untuk warga kepulauan yang pada masa itu juga beragama Hindu dan Buddha, orang Arab menggunakan kata Al-Sind. 

Dari kalangan sejarawan dan arkeolog Indonesia sendiri mengamini hal itu, terbukti pada Festival Sriwijaya tahun 2016, terdapat infografis yang memuat kabar tentang surat maharaja Sriwijaya. 

Walau sejarah kuno Indonesia masih remang-remang, namun bukti ini menunjukkan bahwa masa lalu nusantara adalah gemilang, bahwa leluhur kita dahulu telah mampu berkorespondensi dengan raja lain di belahan dunia yang lain pada 1.300 tahun lalu. Luar biasa kan. 

Kalau kamu penasaran dengan Sriwijaya dan para maharajanya yang keren, traveler cukup datang ke Museum Balaputra Dewa, Palembang. 

Disana pemandu yang ramah akan menemani kamu berkeliling melihat peninggalan kedatuan Sriwijaya. 


Koin dari masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (foto: Wikipedia) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina Reporter: Robby Sunata

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co