GenPI.co - Sudah menjadi rahasia umum jika seorang sastrawan kerap menumpahkan perasaan dan emosi mereka dalam karya yang diciptakan.
Hal itu pun juga dilakukan oleh novelis Virginia Woolf.
BACA JUGA: Karya Legenda Seno Gumira Aji Darma, Wajib Baca
Woolf kerap menumpahkan keresahan dan rasa sakit yang dia alami, terutama selama menjadi seorang ibu rumah tangga.
Sejak hari pertama novelnya dirilis, karyanya terbukti mengubah paradigma sastra, terutama dalam perspektif feminisme.
Salah satu karya agung Woolf adalah “Mrs Dalloway”.
Berlatar setelah Perang Dunia I, “Mrs Dalloway” berkisah tentang satu hari dalam kehidupan Clarissa Dalloway, seorang perempuan kelas atas Inggris yang tinggal di Westminster.
Dalam novel terbitan 1925 itu, Dalloway sedang mempersiapkan sebuah pesta untuk suaminya yang seorang politisi.
Selama mempersiapkan pesta itu, pembaca akan dibawa untuk mengikuti mengenang kehidupan dan pengalaman masa lalu Dalloway dengan berbagai karakter lain.
Karakter-karakter itu diperkenalkan satu per satu seiring dengan berjalannya kisah dalam buku tersebut.
BACA JUGA: Novel ini Keren! Ajak Kamu Selami Suasana Kebatinan Pembunuh
Tak hanya itu, Dalloway juga berbagi pemikirannya tentang cinta dan rasa kehilangan di masa lalu.
Dia juga mengenang apa dimilikinya saat ini ketika sudah menjadi perempuan yang lebih tua dan matang.
“Mrs. Dalloway” mampu mengisahkan gejolak batin dan mental dari tiap-tiap karakternya dengan baik dan terasa nyata.
Meskipun demikian, Woolf menyajikan hal-hal tersebut dengan lembut dan tanpa menunjukkan sisi gelap.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News